Laporan Wartawan Pos Kupang Eugenius Moa
TRIBUNNEWS.COM, RUTENG - Situs Liangbua, lokasi penemuan fosil manusia purba Homo Floresiensis, bukan hanya menyimpan cerita tentang kehidupan manusia purba pada ribuan tahun silam.
Gua tersebut menjadi hunian puluhan bahkan ratusan ekor kelelawar. Namun, populasi kelelawar Liangbua itu terancam punah karena sering ditembaki para pemburu.
"Tempo hari, jumlah kelelawar di dalam gua ini masih sangat banyak. Tetapi akhir-akhir ini semakin kurang jumlahnya, hanya sekitar 10-15 ekor saja. Malam hari sering ada orang sering menembaki kelelawar di dalam gua ini," ujar Kornelis Jaman, penjaga Situs Liangbua, kepada Pos Kupang, Selasa (5/11/2013).
Ia megungkapkan, tidak ada satu pun petugas yang berjaga pada malam hari. Karenanya, itu memberi keleluasaan kepada pemburu untuk menembaki kelelawar menggunakan katapel.
Padahal, ketika musim panen buah pinang dan kapuk, cukup banyak kelelawar yang bergelantungan pada siang hari di dalam gua ini, setelah malam hari keluar mencari makan.
"Kalau siang hari kita berada di dalam gua, cukup banyak kelelawar yang terbang ke sana ke mari karena tergganggu pengunjung yang datang ke dalam gua ini. Jumlah sekarang mungkin tak sampai belasan ekor lagi," kata Kornelis.
Kornelis menambahkan, letak gua yang cukup jauh dari permukiman dan tak berpenerangan, seharusnya menjadi perhatian pemerintah. "Harusnya pemerintah melengkapi fasilitas pendukung di dalam gua ini," tandasnya.