TRIBUNNEWS.COM, KENDARI - Dua mahasiswa cum aktivis Sultra Anti Korupsi (Saksi), menjadi korban penyerangan sekelompok orang bertopeng di salah satu kontrakan depan kampus Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (19/11/2013).
Kedua mahasiswa tersebut yakni Joni Frenki (19), mahasiswa Fakultas Perikanan, dan Supardi alias Parjo (22), mahasiswa Fakultas Hukum.
Aksi penyerangan itu diduga berkaitan dengan kegiatan aktivis Saksi yang selama ini getol menyuarakan indikasi korupsi yang melibatkan pejabat Pemerintah Kabupaten Buton Utara.
Pasalnya, sehari sebelum penyerangan, kedua korban menggelar aksi unjuk rasa di kantor Kejaksaan Tinggi dan Polda Sultra, mendesak pengusutan dugaan korupsi di dinas Pekerjaan Umum Buton Utara dan mempertanyakan hasil audit kasus dana alokasi khusus (DAK) di dinas pendidikan setempat.
Kedua korban mengaku heran dengan aksi penyerangan itu. Sebab, mereka mengaku selama ini tidak pernah bermasalah dengan siapa pun.
"Supardi ini sebagai korlap Sultra Anti Korupsi (Saksi) saat kami unjuk rasa waktu itu. Pasti ada ada otak yang merancang penyerangan, dengan menyuruh orang lain untuk menyerang kami," tekan Ahmad Afif Darfin, aktivis Saksi lainnya, Rabu (20/11/2013).
Joni kini masih terbaring di Rumah Sakit Santa Ana, Kendari, karena harus menjalani operasi. Sementara Supardi, yang dirawat di RSUD Abunawas, Kendari, sudah diizinkan pulang, tetapi tetap harus menjalani rawat jalan. Kedua korban mengalami luka parah karena dibacok dalam kondisi terbaring.
Telapak kaki kanan Joni hampir putus dan jari-jarinya tidak dapat digerakkan. Berdasarkan petunjuk dokter, kakinya juga harus dioperasi. Korban juga mengalami luka di jidat dan harus mendapat dua jahitan.
Sementara itu, Supardi mengalami luka di kaki kanan, harus mendapat 10 jahitan, luka di pipi kiri dengan dua jahitan, dan luka gores di lengan.
Kepala Polres Kendari Ajun Komisaris Besar Anjar Wicaksana menjelaskan kronologi penyerangan itu. Joni sekitar pukul 02.30 Wita keluar kamar dan melihat ada orang memakai helm berdiri di samping kamarnya. Melihat itu, Joni langsung masuk dan menutup pintu kamarnya. Namun, orang itu kemudian mendorong pintu kamar tersebut. Joni pun berteriak sehingga orang berhelm itu melarikan diri.
Namun, lanjut Anjar, sekitar pukul 05.30 Wita, tiba-tiba pintu kamar Joni didobrak. Dua orang bertopeng sambil membawa parang panjang masuk ke kamar Joni yang saat itu sedang bersama Parjo. Para pelaku kemudian membacok Joni dan Parjo dengan parang.
"Mereka memakai topeng dari baju. Satu orang berdiri di pintu. Pelaku hanya membacok dua korban. Saat diparangi, mereka teriak sehingga anak asrama keluar dan pelaku pun langsung lari," ucap Anjar.
Kepala Polres Kendari mengatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus tersebut serta mengejar para pelaku. Namun, ia belum bisa mengidentifikasi apakah pelaku bertopeng itu merupakan mahasiswa atau murni preman. Polisi juga sedang menyelidiki motif penyerangan tersebut.
"Kami masih melakukan identifikasi dan penyelidikan. Korban tidak mengenal pelaku karena mereka pakai topeng," kata Anjar.