Laporan Reporter Tribun Jogja, Ekasanti Anugraheni
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Tim Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan geologi (BPPTKG) Yogyakarta akan meneliti sampel endapan material hasil letusan freatik pada 18 November 2013.
Untuk itu, tim diberangkatkan menuju puncak Merapi pada Rabu (20/11/2013) malam tadi, untuk mengambil sampel material sekaligus melihat kondisi puncak pascaletusan freatik.
"Tim akan mengambil sampel material untuk diidentifikasi. Apakah ada material magma baru atau hanya pecahan kubah lava yang sekarang," ucap Kepala BPPTKG Yogyakarta Subandriyo, dijumpai di kantornya, Rabu (20/11/2013).
Kalau ada material magma baru, berarti fase erupsi Merapi 2010 sudah selesai dan memasuki fase baru. Namun, kalau hanya material lama, maka letusan kemarin merupakan letusan freatik murni. "Perkiraan kami letusan freatik murni, tapi tetap dicek dulu," imbuhnya.
Selain mengambil sampel material, misi tim menuju puncak ialah mencari lokasi baru untuk pemasangan tiltmeter. Tiltmeter ialah alat untuk mengukur kemiringan kubah Merapi, sehingga deformasi bisa lebih mudah terdeteksi.
Sebab, deformasi kubah merupakan salah satu gejala untuk mendeteksi potensi letusan. Namun, dalam letusan freatik minor, deformasi biasanya hanya bisa dirasakan di kawasan puncak.
"Sementara kami belum punya alat yang bisa mendeteksi deformasi secara terus menerus. Makanya tim akan mencari lokasi yang tepat untuk pemasangan tiltmeter tambahan," paparnya.
Menurut Subandriyo, tiltmeter tambahan itu akan dipasang pada jarak yang lebih dekat dengan puncak, serta pada lokasi yang memungkinkan adanya trasmisi secara continue. "Tiltmeter yang sudah ada lokasinya di bawah, sehingga kurang peka terhadap kejadian letusan sesaat, letusan minor seperti kemarin," ucap Subandriyo.