Laporan Wartawan Surya Sudarmawan
TRIBUNNEWS.COM, MADIUN - Seorang ibu di Kota Madiun, Latifah Kanim (60), lumpuh karena batok kepalanya telat kembali dipasang oleh dokter setelah dirinya dioperasi.
Alhasil, ibu dua anak ini hanya bisa tergolek lemah di pembaringan hampir 2,5 tahun terakhir karena mengalami kelumpuhan dan tak bisa berbicara lancar dan normal.
Peristiwa itu, terjadi ketika warga RT 16, RW 06, Kelurahan Klegen, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, itu menjalani operasi di bagian kepala menyusul terjadinya penyusutan organ.
Seharusnya, batok kepala pascaoperasi dipasang maksimal tiga bulan setelah operasi. Tapi, batok kepalanya baru dipasang sekitar setahun pascaoperasi.
"Kemungkinan telat memasangnya lagi, sehingga batok kepala istri saya mengecil dan tak bisa dipasang lagi. Tetapi ini kami anggap sebagai cobaan," terang suami korban, Abdul Rokhim kepada Surya, Kamis (5/12/2013).
Abdul menceritakan, awalnya istrinya mengalami sakit dan disarankan untuk menjalankan operasi di salah satu rumah sakit yang ada di Kota Madiun.
Namun, sejak itu atau sekitar 2,5 tahun lalu, istrinya malah mengalami kelumpuhan dan tak bisa bicara normal seperti sebelumnya.
"Sejak itu sudah tak bisa apa-apa. Bicaranya hanya kayak orang teriak-teriak itu. Kalau minta sesuatu biasanya dia menengadahkan tangannya," imbuhnya.
Tidak hanya itu, penderitaan lainnya, punggung korban mulai mengalami luka-luka dan mengalami pembusukan karena tertalu lama terbaring di kasur. "Tetapi sekarang luka di punggungnya mulai ada perbaikan. Sebab sebagian sudah mengering," paparnya.
Lelaki kelahiran Tasikmalaya 1950 ini berharap ada uluran tangan dari sejumlah pihak untuk membantu proses penyembuhan istrinya. Alasannya, dirinya sudah berusaha kesana kemari dan menjual semua harta benda miliknya untuk mengobatkan istrinya.
Akan tetapi selama 2,5 tahun itu belum ada perkembangan kesehatan istrinya.
"Kami sudah mengobatkan kemana-mana sesuai saran warga, termasuk membeli obat ini dan itu sejak istri saya sakit parah. Tetapi, hasilnya belum ada perkembangan. Kondisinya setiap hari ya seperti yang Anda dilihat di kamar tadi," ucapnya.
Sementara itu, sejak menderita kelumpuhan dan tak bisa bicara, Abdul berusaha mengurus sejumlah persyaratan untuk mendapatkan pengobatan gratis hingga memiliki kartu Jamkesmasda.
"Bagaimana mau mengobatkan lagi, saya sudah tak punya biaya. Kami ini hanya perantauan. Periksa rutin mungkin ya. Tetapi untuk pengobatan yang lebih besar kami tak punya biaya lagi," paparnya.
Selama ini, kata Abdul, ada sejumlah pihak yang simpati atas penderitaan istrinya itu, namun bantuan dan segala pemberian itu hanya dibuat membelikan obat di rumahnya yang cukup sederhana itu.
"Memang ada orang kenalan saya yang menceritakan jika teman satu kantornya yang juga menjalani operasi dan batok kepalanya tak bisa terpasang. Akan tetapi tidak menderita seperti istri saya ini. Malahan normal. Makanya sekarang yang bisa kami lakukan hanya pasrah dan terus merawatnya," pungkasnya.