Laporan Wartawan Tribun Jateng Abdul Arif dan Bakti Buwono
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Mengemis, kekinian tampaknya tak lagi menjadi mata pencarian bagi para gelandangan dan anak-anak jalanan.
Seiring dengan terus merosotnya indeks kedalaman kemiskinan masyarakat di berbagai daerah, anak-anak yang masih bisa bersekolah pun ikut mengemis.
Itu seperti sejumlah pelajar sekolah dasar di Semarang, Jawa Tengah, yang berhasil ditemui tim Tribun Jateng, Senin (16/12/2013). Mereka, rata-rata mengemis di daerah sekitar rumah ibadah, semisal parkiran Masjid Raya Baiturrahman, kawasan Simpanglima.
Sembari memegangi gelas plastik bekas, mereka langsung mengerumuni orang yang datang. "Minta sedekah seikhlasnya," kata mereka.
Yunanto (10) siswa sebuah SD di Kota Semarang mengatakan, menjadi pengemis di parkiran masjid atas keinginan sendiri. "Saya ingin membantu orangtua," kata anak tukang bangunan ini.
Teman Yunanto, Senia (14) siswi SMP di Sayung, juga demikian. Gadis ini mengikuti jejak ibunya, yang juga menjadi pengemis, sepulang dari sekolah. "Saya hanya membantu ibu," katanya.
Yunanto dan Senia mengakui, akan belajar dan bermain di rumah kalau Raperda Tentang Anak Jalanan dan Gelandangan serta Pengemis diberlakukan.
Raut mereka, terlihat biasa-biasa saja saat diberitahu bahwa tahun depan bakal ada larangan untuk mengemis.
Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang Anang Budi Utomo menyatakan, anjal dan gepeng yang benar-benar tidak mampu secara ekonomi akan dimasukkan ke panti rehabilitasi sosial yang ditunjuk.
Mereka akan dibina dan diberi keterampilan. Pendampingan akan dilakukan secara tuntas hingga saat keluar nanti para anjal dan gepeng bisa mandiri. Hal itu masuk program pengentasan kemiskinan Kota Semarang.
Anang mengatakan sudah mengajukan anggaran Rp 350 juta pada APBD 2014 untuk pendampingan Perda Anjal dan Gepeng. Pada APBD Perubahan 2014 pun rencananya akan ditambah.