Tribunnews.com, Manado - Surutnya banjir tidak membuat warga yang menjadi korban tenang. Selain harus berhadapan dengan lumpur tebal, warga yang menjadi korban juga mengeluhkan banyaknya pencuri yang mengambil kesempatan di dalam kesempitan.
"Beberapa barang saya hilang, dicuri orang. Kami tinggalkan rumah waktu banjir datang. Tidak semua bisa diselamatkan, jadi ya ditinggal. Waktu air sudah surut barang-barang masih ada. Kami belum berani menginap di rumah, masih takut. Tapi kini sudah ada yang hilang," aku Pengki, warga Desa Tateli, Kecamatan Mandolang, Minahasa, Sabtu (18/1/2014).
Selain Pengki, warga lainnya mengeluhkan hal yang sama. Ada yang mengaku lemari mereka dibongkar, dan uang yang ada di dalam lemari raib. "Tega sekali mereka, kita sudah kena bencana, mereka masih berani mencuri," tambah Florens warga yang sama.
Desa Tateli merupakan salah satu desa yang dihantam banjir bandang pada Rabu (15/1/2014). Puluhan rumah rusak parah, dan tiga warga tewas akibat terjangan banjir. Air yang datang meluap tiba-tiba membuat banyak warga tidak sempat menyelamatkan barang mereka. Kini banjir telah benar-benar surut, tetapi lumpur tebal memenuhi rumah warga dan jalan.
Desa Tateli berada di ruas jalan Trans Sulawesi. Terjangan banjir sempat membuat jalur transportasi terhambat. Sejauh ini, bencana banjir dan tanah longsor di Sulawesi Utara telah menewaskan 16 orang. Sementara puluhan lainnya dilaporkan hilang dan masih dicari. Di Tinoor yang dilintasi jalan Manado - Tomohon, sudah 5 korban tewas tertimbun longsor dievakuasi, dan masih ada sekitar 15 orang yang masih terus dicari.