News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Imlek 2014

Kisah Sepasang Pengantin Pendobrak Diskriminasi Tionghoa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasar Imlek Semawis: Komunitas Tri Suci memaikan barongsai dan liong pada pembukaan Pasar Imlek Semawis, di Kawasan Pecinan, Kota Semarang, Jateng, Senin (27/1/2014). Cuaca cerah dimanfaatkan warga kota Semarang untuk mengunjungi pesta rakyat yang diselenggarakan hingga Rabu (29/1/2014) pada jelang perayaan Imlek ini merupakan agenda tahunan. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan)

Makin hari, Gus Dur makin intens berkampanye melawan diskriminasi kaum Tionghoa dan pemeluk Khonghucu.

"Gus Dur sebenarnya tidak berpihak pada kelompok atau lebel-label sosial tertentu. Beliau  konsisten membela kemanusiaan. Kebetulan waktu itu ada penindasan terhadap kemanusiaan warga Tionghoa. Jadi Gus Dur bela. Di luar itu, pada saat bersamaan Gus Dur juga membela rakyat Papua dan Aceh," jelas Alissa Qatrunnada, putri Gus Dur.

Di berbagai kesempatan, baik di kalangan nahdliyyin maupun kalangan Tionghoa, Gus Dur berkali-kali menyatakan dirinya adalah keturunan Tionghoa.

Banyak kalangan menyebut, ini adalah pernyataan pasang badan sekaligus ajakan bagi nahdliyyin yang dipimpinnya untuk mengawal perjuangan kaum Tionghoa.

Tahun 1998, rezim Orde Baru tumbang. Di susul kemudian KH Abdurrahman Wahid terpilih sebagai presiden tahun 1999.  Tak perlu menunggu lama, Presiden Gus Dur menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6/2000. Isinya mencabut Inpres No. 14/1967 tentang  pembatassan Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat China.

Inilah pintu kebebasan bagi kaum Khonghucu dan Thionghoa.

Keputusan ini kemudian disusul dengan lahirnya keputusan pemerintah tahun 2001 yang menjadikan Tahun Baru Imlek, sebagai hari libur fakultatif. Hari libur khusus  bagi yang merayakannya. (idl/ben)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini