TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Kerugian warga di sejumlah daerah Jawa Tengah yang diakibatkan bencana banjir dan tanah longsor, diperkirakan mencapai Rp 1 triliun.
Hal itu, diakui pula oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, seusai memimpin rapat koordinasi penanggulangan bencana, Kamis (6/2/2014).
"Berkaitan dengan perkiraan nilai kerugian itu, Pemprov Jateng akan mengajukan permintaan bantuan dana kepada pemerintah pusat untuk penanganan pascabencana serta rekonstruksi," kata Ganjar.
Terkait dengan pengajuan bantuan dana ke pemerintah pusat tersebut, Ganjar mengaku telah menyampaikannya secara langsung kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berkunjung ke Pekalongan, Rabu (5/2).
"Selain mengajukan dana ke pemerintah pusat, saya masih menghitung dana dari APBD Jateng 2014 yang masih bisa direalokasi untuk penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana," ujar politikus PDI Perjuangan itu.
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar menilai manajemen penanganan bencana di beberapa kabupaten/kota di Jateng masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Karenanya, menyebabkan masyarakat yang menjadi korban bencana kesulitan meminta bantuan.
"Ada masyarakat yang langsung SMS ke saya dan bilang kalau belum dapat bantuan, padahal pemerintah daerah setempat sebenarnya bisa dijadikan tempat bagi para korban yang meminta bantuan," katanya.
Karenanya, kata Ganjar, perlu disosialisasikan nomor-nomor telepon penting yang bisa dihubungi warga kalau membutuhkan pertolongan evakuasi maupun bantuan logistik saat terjadi bencana alam.
Sementara itu, dalam rapat koordinasi itu diketahui jika nilai kerugian terbesar akibat banjir terdapat pada sektor pertanian yang kerugiannya mencapai Rp 516 miliar.
Kerugian tanaman padi yang gagal panen atau puso senilai Rp 495 miliar, sedangkan untuk bawang senilai Rp 4,4 miliar.
Pada sektor perikanan, kerugian akibat banjir sebesar Rp113,9 miliar dan areal tambak milik petani di beberapa daerah, seperti Kudus, Pati, Pekalongan, Batang, dan Pemalang yang rusak akibat banjir seluas 14.783 hektare.