Laporan Wartawan Serambi Indonesia
TRIBUNNEWS.COM, SUKAMAKMUE - Kampanye Pemilu 2014 di Aceh terus memanas. Mantan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, mengungkapkan ia pun menjadi target pembunuhan oleh pihak-pihak tertentu.
“Saya sendiri masuk target dibunuh,” ungkap Irwandi Yusuf seperti dilaporkan Serambi Indonesia (TRIBUNnews.com Network). Irwandi telah melaporkan ancaman itu kepada pihak kepolisian.
Berita ini menjadi terpopuler di portal Serambi, serambinews.com, hari Selasa (25/3/2014) siang ini.
Irwandi Yusuf adalah mantan penjuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kemudian terpilih menjadi gubernur. Selepas dari jabatan orang nomor satu di Aceh itu, Irwandi Yusuf mendirikan Partai Nasional Aceh (PNA).
Pernyataan tersebut diungkapkan Irwandi Yusuf saat berkampanye di Lapangan Sepakbola PT Socfindo, Nagan Raya, Minggu (23/3) sore.
Irwandi Yusuf meminta Kapolda Aceh menghentikan perintah komando dari kelompok tertentu yang kini terus mengerahkan serangan ke setiap kader dan simpatisan PNA yang jadi target untuk dibunuh atau dihabisi oleh anggota kelompok tersebut.
“Polda Aceh harus segera mematahkan dan menghentikan perintah komando tersebut. Selain kader, saya juga masuk dalam daftar untuk dibunuh oleh mereka,” tandas Irwandi.
Irwandi mengatakan, terhadap ancaman bunuh yang diterimanya, sudah ia laporkan kepada polisi. Dia berharap polisi bisa melakukan pelacakan dengan memanfaatkan teknologi informasi (IT). Sebab, perintah (komando) yang dilakukan tersebut tak lagi dengan cara-cara konvensional, misalnya surat, akan tetapi melalui media teknologi komunikasi.
“Saya yakin Polda Aceh mampu melacaknya karena polisi memiliki peralatan canggih untuk tugas-tugas seperti itu,” katanya.
Ditanyai wartawan siapa kelompok yang kerap menerima perintah komando tersebut, Irwandi tak mau menjawab. “Kalian sudah tahu kok siapa orangnya, masa tanya ke saya lagi,” katanya menyudahi wawancara.
Menurut Irwandi, selain dirinya, sejumlah nama petinggi partai yang merupakan mantan kombatan GAM yang kini bergabung ke PNA juga telah dimasukkan ke dalam daftar orang yang dicari untuk dihabisi.
“Sudah banyak simpatisan, pengurus, kader serta caleg PNA yang meninggal akibat pembunuhan yang dilakukan dengan berbagai macam cara,” kata mantan gubernur Aceh tersebut.
Dikatakannya, serangan terhadap dirinya maupun pendukungnya bukan terjadi saat sekarang saja akan tetapi merupakan rentetan persoalan pilkada tahun 2012.
“Terkesan ada pembiaran oleh petinggi di institusi negara sehingga kasus-kasus kekerasan bahkan pembunuhan terus terjadi,” demikian Irwandi.
Kampanye PNA di Geulumpang Payong dijaga ketat aparat keamanan dari Polri dan TNI bersenjata lengkap. Ada yang berseragam dan ada pula berpakaian preman.
Beberapa mantan kombatan GAM di antaranya Sofyan Dawood, T Rasyidin, Samsul Bahri, dan Yahya Kerumbok, serta beberapa mantan anggota TNA lainnya hadir dalam kampanye terbuka tersebut. Mereka berbaur dengan para caleg DPRA dan DPRK Bireuen yang diusung PNA. Mereka berorasi secara bergantian.
Kapolri Jenderal Sutarman menduga penembakan itu terkait persaingan antarcaleg.
Jenderal bintang empat itu mengakui Aceh masuk dalam zona rawan kekerasan bersama Papua dan Poso. Bahkan, Sutarman mengatakan kekerasan di Aceh lebih memiliki unsur politis ketimbang di Papua dan Poso. "Papua, Poso masuk rawan konflik. Tapi konfliknya bukan politis beda dengan Aceh," imbuhnya.
Tribunnews.com juga memberitakan, Polda Aceh menangkap dua orang yang diduga pelaku penembakan posko pemenangan caleg dari Partai Nasdem di Aceh Utara, pada 16 Februari 2014 lalu.(*)
(edi/yuh/c38/naz)