TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah mengutuk keras penembakan mobil berstiker Partai Aceh (PA) di Desa Geulanggang Teungoh, Kota Juang Bireuen, Senin (31/3/2014) pukul 21.00 WIB yang menewaskan tiga dari sebelas penumpang mobil tersebut. Satu di antaranya bayi berumur 1,5 tahun.
"Atas nama Pemerintah Aceh, kami mengutuk keras perilaku sadis dan tidak manusiawi itu," kata Gubernur Zaini di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, Selasa (1/4/2014) sore, saat membesuk Fakrurrazi (40), salah satu korban penembakan di Bireuen yang meski terkena peluru, tapi nyawanya masih tertolong.
Dalam kesempatan itu, Zaini Abdullah menyampaikan duka cita yang mendalam. Ia juga memberikan bantuan Rp 5 juta kepada warga Desa Blang Poroh, Kecamatan Jeunieb, Kabupaten Bireuen itu.
Zaini berharap korban cepat pulih pascaoperasi dan bisa kembali beraktivitas.
"Jangan pikirkan apa pun, jangan bebani pikiran, tapi harus fokus berobat. Semua biaya ditanggung Pemerintah Aceh," kata Doto Zaini menyemangati pasien.
Pemerintah Aceh, juga akan memberikan santunan kepada para korban yang meninggal dalam insiden di Kota Juang itu.
Gubernur meminta kepada masyarakat agar tidak terprovokasi dengan aksi kekerasan menjelang Pemilu Legislatif 9 April 2014.
Zaini Abdullah berharap aksi tersebut tidak berlanjut dengan respons yang berlebihan dari masyarakat.
"Biarlah aparat penegak hukum yang mengungkapnya, masyarakat jangan terpancing. Kalau kita terpancing, maka itulah yang diharapkan oleh para penebar teror kekerasan di Aceh, mereka yang menang karena maksudnya tercapai," kata Gubernur Zaini.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PA Bireuen, Darwis Jeunieb, meminta aparat penegak hukum mengusut tuntas dan menangkap pelaku penembakan terhadap Juwaini dan putranya, Khairil Anwar yang masih berusia 18 bulan, serta adik iparnya, Azirwati.
"Kami harapkan kasus ini harus segera terungkap, karena kami ingin pemilu legislatif dapat berjalan damai dan tertib. Kami sangat sedih kader Partai Aceh menjadi korban, apalagi seorang balita tanpa dosa dan seorang siswa ikut jadi korban. Aparat penegak hukum harus bisa mengungkap kasus penembakan ini," tegas Darwis Jeunieb.
Ketua Umum Pengurus Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Aceh, Hidayat Al Mardy juga mengecam penembakan tersebut.
"Hal ini tentu tidak dapat ditolerir. Oleh karenanya kami minta pihak kepolisian segera mengungkap kasus tersebut. Tidak boleh ada pembiaran sedikit pun karena dapat menjadi virus yang mencederai perdamaian di Aceh," ujarnya.
Badko HMI Aceh juga meminta penyelenggara pemilu harus berani mengambil keputusan konkrit bagi setiap pelanggaran yang masuk pada ranah kriminalitas.
"Kalau partai politik terlibat, penyelenggara pemilu harus berani menindak partai yang melakukan tindak kekerasan itu supaya dicoret dari peserta pemilu di Aceh," imbuh Hidayat.
HMI Cabang Bireuen dan sejumlah organisasi lainnya di Bireuen juga mengecam tindakan brutal tersebut. Ketua HMI Cabang Bireuen, Muammar Kadafi kepada Serambi mengatakan, HMI menyayangkan kenapa menjelang pemilu memilih wakil rakyat harus ada pertumpahan darah.
"Bukankah Aceh sudah damai dan aman dan Aceh bukan lagi daerah konflik. Kami mengharapkan kasus tersebut diusut tuntas dan pelakunya diseret ke pengadilan," ujarnya. (dik/sal/yus/c38)