Laporan Tim Liputan Khusus Surya
TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Desa-desa korban erupsi Gunung Kelud, di Jawa Timur, terus bergeliat.
Rumah-rumah yang ambruk dan rusak, kembali bisa dihuni meski belum seratus persen normal.
Namun, yang masih jadi masalah adalah air bersih. Sebagian warga masih terpaksa mandi air bercampur lumpur dan air hujan.
Akhir pekan kemarin, Surya melihat lokasi-lokasi yang terkena dampak parah dari erupsi Kelud.
Di antaranya Kecamatan Puncu, Ngancar, Kepung, Plosoklaten Kabupaten Kediri, serta Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
Lokasi ini merupakan area yang paling dekat dengan puncak Kelud.
Apabila ditarik garis lurus dari puncak Kelud, Kecamatan Puncu hanya berjarak sekitar 4 kilometer sebelah barat gunung.
Sedang Kecamatan Ngantang berjarak sekitar 6 kilometer di sisi timur gunung.
Bekas letusan Gunung Kelud 14 Februari lalu itu masih belum sepenuhnya terhapus dari desa-desa di kaki gunung itu.
Material vulkanik berupa pasir dan batu masih terlihat menumpuk di halaman.
Saat erupsi terjadi, material semburan kelud itu berserakan tak karuan, menutupi genting, halaman rumah, dan jalanan.
Pepohonan dan tanaman tak luput dari siraman debu. Seisi kampung berselimut debu putih.
Sepulang dari pengungsian, warga dibantu aparat dan relawan bekerja keras, bersih-bersih rumah dan kampung.
Nah, tumpukan meterial di halaman rumah itu merupakan hasil bersih-bersih.
Kegiatan warga juga mulai normal. Kondisi itu bisa dilihat aktivitas pasar sudah pulih, belajar mengajar di sekolahan kembali normal, dan kantor-kantor layanan publik seperti balai desa, kantor kecamatan, dan lain-lain sudah banyak didatangi warga.
Namun, ada satu yang masih jauh dari pulih, yaitu ketersediaan air bersih.
Warga merasakan betul susahnya kekurangan air bersih ini, terutama warga di sejumlah kecamatan di Kediri.