TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Suasana duka masih terlihat di rumah Ayu Diah Kusumaningrum (27), korban tewas kecelakaan kereta api Malabar, jurusan Bandung-Malang, 4 April lalu. Ayu meninggalkan buah hatinya, Muhamad Dhaffa Altaf Purnama, yang masih berumur tujuh bulan.
Rumah Ayu di Jalan di Jalan Pendowo, tepatnya di belakang Pasar Lawang, Kabupaten Malang, masih tampak ramai, Senin (7/4/2014) sore. Para tetangga, kerabat, dan teman-teman mendiang Ayu masih berdatangan.
Di mata Menik, teman dekatnya, Ayu adalah perempuan yang berjuang keras agar anak semata wayangnya itu bisa menikmati air susu ibu (ASI) dalam proses tumbuh kembangnya. Menurut warga Surabaya itu, setiap akhir pekan, Ayu berjuang pulang dari tempat kerjanya di kantor pusat PT KAI di Bandung, hanya untuk memberikan dan membawakan stok ASI untuk Dhaffa.
Menik dan Ayu saling mengenal setelah sama-sama menjadi anggota Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI).
"Ayu itu perempuan hebat. Di tengah kesibukannya sebagai wanita karier, kerja di PT KAI di Bandung, Ayu masih sangat memperhatikan keluarganya. Hal itu dibuktikan, setiap minggu harus bolak-balik Bandung-Malang demi susu anaknya," katanya.
Setelah tiba di Malang, lanjut Menik, biasanya Ayu hanya menghabiskan waktu untuk berlibur. Tidak lupa, dia juga tetap mengumpulkan stok ASI yang dibutuhkan Dhaffa bila dia sedang bertugas di Bandung.
"Setiap pulang, almarhum hanya untuk nyetok ASI untuk Dhaffa. Dia ibu yang luar biasa. Saya sangat kehilangan sosoknya," katanya.
Sore ini, berdasarkan pengamatan Dhaffa menjadi pusat perhatian para pelayat. Banyak ibu dan perempuan yang datang menciumi dan mengelus-elus kepalanya.
Paman Ayu, Nanang Cahyono (45), bertutur bahwa Dhaffa memang tampak gelisah belakangan ini. Dia seperti sedang mencari-cari ibunya.
"Sudah hampir seminggu tak berjumpa ibunya," ujar Nanang lirih.
"Saat ini, Dhaffa diasupi susu formula. Suami Ayu (M Agung Purnomo) masih shock, tak mau keluar kamar, tak mau ditemui siapa pun," tambahnya.
Nanang mengatakan bahwa Ayu kali terakhir menelepon keluarganya dan juga berbicara dengan Dhaffa beberapa jam sebelum kecelakaan. Ayu mengabarkan bahwa dirinya akan pulang ke Malang.
Saat itu, kata Nanang, tidak ada tanda-tanda atau firasat apa-apa jika Ayu akan meninggalkan anak-suami untuk selamanya. Menghubungi keluarga sebelum pulang ke Malang memang biasa dilakukan oleh Ayu.
"Semua seperti biasanya. Tidak ada firasat apa-apa," katanya.
"Kebiasaan dia, sudah lumrah telepon jika akan pulang. Sejak 2012 lalu, kerja di Bandung jika akan pulang telepon dulu," tambahnya.
Sejak kerja di Bandung, Ayu selalu pulang ke Malang. Dia biasanya naik kereta pada Jumat sore dan sudah tiba di rumah pada Sabtu pagi. Setelah itu, Ayu kembali lagi ke Bandung, menggunakan kereta yang sama pada Minggu sore.
Jenazah Ayu dimakamkan di pemakaman khusus keluarga di Desa Turirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. (Yatimul Ainun)