TRIBUNNEWs.COM, SURABAYA - Setelah 11 tahun lebih dilarang menjual produk unggas olahan ke luar negeri, sebentar lagi pengusaha Indonesia, khususnya di Jawa Timur dan Sumatera Utara yang jadi wilayah sentra unggas dapat bernapas lega.
Ini menyusul adanya lampu hijau dari sejumlah negara yang siap menerima ekspor produk unggas olahan asal Indonesia.
Demikian disampaikan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian (Kementan) Syukur Iwantoro, Kamis (10/4/2014).
Menurut Syukur, produk unggas olahan dilarang masuk ke negara lain sejak tahun 2003 atau ketika ditemukan kasus flu burung di Indonesia. Padahal sebelum itu, produk jenis ini rutin diekspor sejumlah negara, seperti Jepang, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
"Negara-negara tersebut menutup diri dan tak mau menerima produk unggas olahan asal Indonesia, karena takut," ujarnya didampingi Kepala Dinas Peternakan Jatim Maskur.
Syukur menyampaikan itu, usai menjadi pemateri dalam seminar, "Membedah Problem Perunggasan di Indonesia", di Hotel Equator, Surabaya.
Namun, setelah Tiongkok yang masih belum bebas flu buruh ternyata dapat mengeskpor produk unggas olahan ke Jepang, Indonesia, kata Syukur akan meniru apa strategi yang diterapkan Negeri Tirai Bambu tersebut.
Untuk itu, minggu depan, Syukur mengaku akan terbang ke Jepang untuk mengurus berbagai persyaratan yang dibutuhkan sekaligus bernegosiasi dengan importir ayam di sana agar produk unggas olahan asal Indonesia dapat masuk ke Negeri Sakura itu.
Selain itu, agar lebih meyakinkan bahwa tidak ada masalah dengan produk unggas olahan, tim audit dari Jepang juga akan didatangkan ke Indonesia untuk melakukan audit, bahwa produksi unggas olahan Indonesia sudah dilakukan secara sehat dan sesuai dengan standar internasional.
Jika hasilnya oke, produk unggas olahan, seperti, bakso unggas dan nugget dapat masuk lagi ke Jepang.
"Saya yakin, tahun ini kita sudah bisa melakukannya," tegasnya.
Ceruk pasar luar negeri itu, kata Syukur harus kembali direbut, karena saat ini pasar di dalam negeri mulai jenuh menyusul makin banyak pengusaha di bidang ini, sementara pasar yang ada tidak bertambah. Kondisi tersebut diperparah dengan jeleknya pola tata niaga dari hulu sampai hilir.
"Makanya semua pihak harus ikut turun tangan untuk mengurai masalah ini, agar ketatnya persaingan pasar di dalam negeri dapat diurai," tandas Syukur.
Selan ke Jepang, pihaknya akan menjadikan negara di Timur Tengah sebagai ceruk pasar untuk ekspor ayam beku dari Indonesia. (Mujib Anwar)