Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Darmendra
TRIBUNNEWS.COM -- Kota Gianyar yang ke 243 menyedot perhatian warga, Kamis (17/4). Pusat keramaian berlokasi di Lapangan Astina Gianyar, tidak hanya disana seluruh ruas Jalan Ngurah Rai dari Lapangan Astina sampai Ujung Taman Ciung Wanara Gianyar dipadati warga. Tua, muda dan anak-anak berduyun berdesakan berebut mendapatkan posisi yang paling depan.
Acara dibuka dengan pemukulan Kulkul (pentungan) oleh Wakil Bupati Gianyar, I Made Mahayastra. Riuh suara tepuk tangan penonton bercampur deru suara Marching Band Universitas Udayana yang membuka resmi parade budaya. Setelah perkusi marching band, kemudian giliran perkusi tradisional SMK Negeri 3 yang memukau penonton, lewat seni kontemporer Adi Merdangga.
Kecamatatan Ubud membuka perade budaya untuk perwakilan masing-masing kecamatan. Ubud mengambil tema kedatangan Walter Spies. Kecamatan Blahbatuh mengambil tema dipersatukannya berbagai sekte yang ada di Bali oleh Mpu Kuturan.
Kecamatan Tegalalang menampilkan cerita lokal yang merepresentasikan rasa syukur warga atas air sebagai sumber kehidupan dengan berdirinya Pura Griya Sakti. Pendeta Manuaba adalah tokoh yang berjasa dalam membuat bendungan air.
Dua gadis kecil ditandu, dari kejauhan terlihat asap mengepul, tangannya menari lemah gemulai bak dewi kahyangan, suasan mistispun sangat terasa. Penampilan dari Kecamatan Sukawati yang mengambil tema Legong Kannyaka Mudra, menggambarkan jiwa yang halus dan suci dari seorang penari.
Berikutnya, bercerita tentang serangan yang dilakukan I Gusti Anglurah Panji Sakti ke Gianyar, Dewa Gede Manggis Kuning dengan gagah berani memberikan perlawannya. Itulah tema yang ditampilkan oleh sang tuan rumah Kecamatan Gianyar. Suara tepuk tangan terdengar semakin keras walau hujan rintik mulai membasahi kota Gianyar.
Kecamatan Tampaksiring membawakan cerita jatuhnya bulan di desa Pejeng Gianyar. Sekarang tempat yang konon bulan pernah jatuh disana menjadi Pura Panataran Sasih, pura yang dipuja warga untuk meminta hujan turun dari langit.
Last but not least, Kecamatan Payangan menjadi penutup parade budaya. Kecamatan Payangan akan mewakili Gianyar pada perheladan akbar kebudayaan Pesta Kesenian Bali (PKB). Mengambil tema Beras Catur, beras yang dijadikan sarana yadnya ketika Odalan di Pura terutama padaa saat perayaan odalan yang berlangsung empat hari.