News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ujian Nasional 2014

Puluhan Siswa Ikuti UN Pakai Seragam Basah

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Desa Mekarwangi, Asep Paslah, mengatakan sudah mengajukan pembangunan jembatan penghubung Desa Mekarwangi dengan Sagara. Dengan demikian, warga dan para pelajar tidak harus menyeberangi sungai dengan langsung turun ke sungai.

"Sudah lebih dari 40 tahun jembatan gantungnya terputus karena banjir bandang. Sejak itu, tidak pernah ada lagi renovasi atau pembangunan. Alhamdulillah, respons dari Wakil Bupati Garut sangat baik. Semoga segera direalisasikan pembangunan jembatannya," ujarnya.

Di Kecamatan Pakenjeng, Garut, sejumlah pelajar kelas IX SMP 2 Pakenjeng, SMP Satu Atap 3 Pakenjeng, dan MTs Al Kasfiyah di Desa Tanjungmulya, Kecamatan Pakenjeng, terlambat mengikuti UN hari pertama kemarin. Mereka terlambat karena harus mengantre untuk menyeberangi Sungai Cikandang setelah jembatannya ambruk terbawa banjir bandang, 14 April 2014.

Kepala Desa Tanjungmulya, Yosep Firman, mengatakan sekitar 40 pelajar SMP dan MTs diseberangkan menggunakan ban dan rakit bambu yang diikatkan pada bentangan tali tambang, sejak pagi. Namun sampai pukul 08.00, pelajar SMP dan MTs peserta UN belum semuanya diseberangkan dari tempat tinggalnya di Kampung Porehek ke Kampung Bokor di desa tersebut.

"Semua sekolahnya ada di Kampung Bokor. Sebagian memang sudah pergi ke sekolah sejak kemarin malam, menginap di rumah saudaranya. Cuma, kebanyakan yang tidak menginap dan jadinya harus menyeberang dulu pakai ban. Dengan ini bisa menyeberang sungai berarus deras dengan lebar sekitar 50 meter," kata Yosep, kemarin.

Perahu karet yang dijanjikan Pemerintah Kabupaten Garut, katanya, tak kunjung datang. Masyarakat pun membuat rakit dan perahu ban sebagai sarana penyeberangan secara swadaya untuk menyeberang sungai.

"Besok kami minta para pelajar supaya menyeberang sejak subuh. Bannya terbatas, cuma muat sampai empat orang. Mereka telat UN hanya karena harus menyeberang dulu secara darurat. Mereka harus menyeberang, berbagi bersama warga yang juga akan melakukan aktivitas," katanya.

Tidak terdapat jalur darat alternatif untuk menyeberang sungai ini, kecuali mengambil jalur memutar sampai sekitar 20 kilometer. Jika arus sungai menjadi sangat deras, katanya, warga pun tidak berani menyeberanginya menggunakan ban atau rakit. (sam)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini