TRIBUNNEWS.COM.DENPASAR, - Penderita penyakit virus Mers-CoV, AS (50) meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Bali, Rabu sekitar pukul 00.20 Wita.
"Pasien yang meninggal masih menuggu hasil dari Litbangkes di Dinkes agar mengetahui apakah AS meninggal positif atau negatif virus Mers-CoV," kata Kepala Bidang Penunjang Medis RSUP Sanglah dr Ken Wirasandhi.
Ia mengatakan pasien tersebut mempunyai riwayat Penyakit Paru Obstruksi Kronis(PPOK) dan jantung dan sempat mengeluh mengalami sesak dan batuk sejak satu bulan lalu.
Berdasarkan hasil rontgen mengarah pasien ke PPOK, Namun, pasien sempat pulang umroh pada 3 April dan 1 minggu kemudian pada 10 April pasien sempat pergi berobat ke Poli Paru RS Sanglah.
"Pasien sudah dilakukan tindakan pemeriksaan lab dan dilihat dari hasil tersebut belum ditemukan data mendukung bahwa adanya virus Mers-CoV baik dalam pemeriksaan darah," ujarnya.
Ken menjelaskan bahwa hanya ditemukan dari pemeriksaan foto dada ditemukan adanya penyakit paru kronis yang mengakibatkan fungsi tersebut menurun.
"Kemungkinan pasien perokok berat atau mempunyai penyakit lama sehingga ada fungsi paru yang berkurang entah itu kelelahan atau debu bisa menyebabkan penyakit kambuh kembali sehingga memperburuk kondisi pasien," ujarnya.
Ia mengatakan pasien dengan dugaan Koronavirus harus diobservasi dan diisolasi karena bisa menular lewat partikel udara yang mungkin dihasilkan ketika seseorang batuk atau bersin.
Partikel-partikel tersebut kemungkinan masih mengandung mikroorganisme menular dan cenderung cepat hilang dari udara sehingga risiko penularan penyakit tersebut terbatas pada lingkungan terdekatnya sehingga penularan tersebut terjadi ketika sudah timbul gejala.
"Potensi kematian penyakit ini cukup besar apalagi pasien menderita penyakit komplikasi lain seperti diabetes, asma, darah tinggi, dan jantung," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Instalasi Forensik RS Sanglah dr Dudut Rustyadi, SpF mengungkapkan bahwa penanganan pasien yang terkena infeksi maupun wabah tersebut penanganannya berbeda dengan jenazah yang meninggal pada umumnya.
"Petugas perlu memakai Alat Pelindung Diri(APD) untuk mencegah penularan dari virus yang tertular dari jenazah yang diduga atau suspect suatu penyakit menular," ujarnya.
Begitu pula ketika jenazah dimasukkan ke dalam peti.
"Ada prosedur yang dilakukan petugas medis dalam menangani pasien yang terindikasi suspect penyakit menular itu," tandasnya.