Oleh. M Najib Azka
Dosen Sosiologi Fisipol UGM
TRIBUNNEWS.COM,YOGYA - Penyerangan oknum sekelompok orang yang mengatasnamakan agama Islam terhadap ibadah umat Kristiani, merupakan fenomena radikalisme yang mulai marak.
Hal ini sekaligus menunjukkan fenomena intoleransi agama yang coba mengganggu dan merusak adanya kerukukan antarumat beragama.
Namun menurut saya, kelompok yang radikal seperti ini hanyalah minoritas, dan ini bukan merupakan representasi umat Muslim.
Kelompok tersebut hanyalah menggunakan simbol-simbol agama, namun mereka memilih untuk menggunakan cara kekerasan untuk membenarkan idealisme mereka.
Bisa jadi pula mereka hanyalah oknum yang mengatasnamakan kelompok muslim dan coba mengadu domba.
Hal ini tentunya harus menjadi pekerjaan rumah yang harus diusut secara tuntas oleh seluruh lapisan masyarakat, khususnya polisi dan pemuka agama.
Kejadian tersebut tentunya juga menjadi tamparan bagi mayoritas umat muslim, yang dalam hal ini citranya berpotensi dirusak oleh oknum radikal itu.
Di sini, kaum muslim seharusnya memang mengambil sikap dan tidak mendiamkannya saja, bahkan kalau perlu memang mengutuk keras kejadian seperti ini.
Saya kira tentunya umat Islam secara umum juga tidak setuju dan tidak membenarkan tindakan kekerasan ataupun anarkis yang seperti demikian.
Sebaliknya, mereka tentunya mengecam tindakan penyerangan terhadap proses ibadah yang dilakukan oleh agama lain.
Di sisi lain, aparat negara dalam hal ini polisi, juga harus bertindak tegas sebagai bentuk respon menghindari atau mencegah tindak anarkis serupa terjadi kembali.
Terlebih ini sudah menyangkut atau membawa citra agama, dan mestinya memang tindakan itu tak bisa ditolelir.
Selain menemukan dan mengusut tuntas pelaku tindakan penyerangan itu, polisi juga bisa melakukan penyisiran terkait simpul-simpul kelompok radikal serupa.
Hal itu dimaksudkan sebagai bagian dari tindakan preventif kejadian serupa tak terulang kembali.
Sementara untuk para pemuka atau tokoh agama, baik Islam ataupun Kristen, di sini harus segera melakukan komunikasi.
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman atau konflik yang bisa berkepanjangan.
Selanjutnya, para tokoh agama tersebut bisa meneruskan dan menegaskan kembali kepada para umat beragama di bawahnya, agar tidak ada perasaan saling dendam atau mengklaim dan saling tuduh.
Akan lebih baik pula apabila mereka bisa bekerjasama dengan kepolisian untuk ikut mengusut tuntas pelaku sebenarnya dibalik penyerangan itu. (ton)