News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ekspedisi Cagar Budaya Jawa Barat

Daluang Banyak Diminati Turis Asing dari Jepang dan Amerika

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu candi di situs Candi Cangkuang

Oleh Firman Wijaksana

DALUANG mungkin belum dikenal sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal daluang telah menjadi barang yang diminati negara lain.

Bahkan harga daluang sangat tinggi karena kekuatannya yang bisa mencapai ratusan tahun.

Di site museum Situ Cangkuang, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, setiap pengunjung akan diberi tahu cara membuat daluang.

Setiap orang pasti akan bertanya-tanya tentang daluang. Naskah kuno peninggalan penyebar agama Islam, Mbah Dalem Arif Muhammad, di sekitar Cangkuang juga menggunakan daluang.

Daluang pasti masih asing terdengar. Daluang, atau dluwang dalam bahasa Jawa, merupakan kertas yang berasal dari pohon saeh.

Naskah-naskah kuno seperti Alquran dan naskah khutbah Idulfitri yang berada di site museum Situ Cangkuang menggunakan daluang sebagai bahan bakunya.

Naskah yang sudah berumur ratusan tahun tersebut hingga kini masih terjaga keasriannya. Bahkan tulisan di daluang masih bisa terbaca.

Kepada peserta West Java Heritage Expedition 2014 BPKNST pun diperlihatkan cara membuat daluang. Pohon saeh yang menjadi bahan baku daluang bisa dijumpai di sekitar site museum.

Pohon yang tak bercabang dengan diameter tak lebih dari 20 sentimeter itu diambil bagian kulitnya untuk dijadikan bahan kertas.

Koordinator juru pelihara Situ Cangkuang, Zaki Munawar, mengatakan, pohon saeh yang bisa menjadi bahan baku kertas biasanya yang telah berumur satu sampai dua tahun. Jika pohon terlalu tua, akan sulit untuk dijadikan kertas.

"Orang dari Amerika dan Jepang banyak yang memesan daluang ini. Soalnya kekuatan kertasnya lebih bagus daripada kertas pada umumnya. Kertas nasional Nusantara daluang ini memang memerlukan waktu yang cukup lama untuk membuatnya," ujar Zaki di site museum Situ Cangkuang, Senin (2/6).

Proses pembuatan daluang masih dilakukan secara tradisional. Jika memerlukan kertas dengan ukuran 30 sentimeter, pohon saeh yang digunakan pun berukuran 30 sentimeter.

Sebelum diambil bagian kulitnya, pohon saeh terlebih dahulu direndam selama tiga hari.

"Setelah direndam lalu dipukul-pukul hingga melebar menjadi kertas. Nantinya pohon yang sudah dipukul-pukul itu harus direndam kembali dengan dibungkus daun pisang selama empat sampai enam hari untuk menutup bagian kertas yang bolong," katanya.

Selain di Jawa Barat, daluang juga ada di wilayah Kalimantan dan Jawa Timur. Ketahanan fisik daluang menjadikan banyak pihak asing yang mencarinya.

Zaki, yang telah 22 tahun menjadi juru pelihara, juga menjelaskan kata cangkuang yang menjadi nama wilayah Situ Cangkuang.

"Cangkuang itu berasal dari nama pohon yang sejenis dengan pandan. Dulu di sini banyak terdapat pohon cangkuang sehingga diberi nama tersebut," ujar Zaki.

Situ Cangkuang dikelilingi oleh gunung. Untuk memasuki kawasan situs, kita harus menyeberang menggunakan rakit. Air mengelilingi kawasan situs.

Di sebelah barat terdapat Gunung Guntur dan Mandalawangi. Sebelah utara Gunung Haruman dan Kaledong. Dan di timur terdapat Gunung Sadahurip.

Zaki menambahkan, dari legenda warga sekitar, situ atau danau yang berada di Cangkuang merupakan hasil bendungan yang dulu dilakukan Arif Muhammad.

Arif memerintahkan kepada masyarakat untuk membendung air dari Sungai Cicapar. Setelah dibendung, wilayah Kampung Pulo terpisah dari permukiman  warga.

"Diberi nama Kampung Pulo karena berada di tengah pulau. Air kemudian mengelilingi wilayah Kampung Pulo hingga kini," kata Zaki.

Letak Situ Cangkuang yang dikelilingi air dan gunung menjadi pertanda wilayah yang subur. Selain itu, para leluhur meyakini jika wilayah yang dikelilingi gunung tersebut merupakan wilayah yang suci untuk dijadikan tempat peribadatan.

Peninggalan daluang yang kini mulai dikembangkan kembali dan sejumlah situs di Situ Cangkuang perlu terus dilestarikan.

Kepedulian masyarakat serta pemerintah, kata Zaki, menjadi peran utama konservasi wilayah Situ Cangkuang. Keberadaan situ juga meningkatkan taraf ekonomi warga sekitar selain menjadi kawasan pendidikan masyarakat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini