TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Di balik penutupan Dolly selamanya ada doa terucap dari Handoyo. Selama ini ia menyembunyikan statusnya sebagai adik Dolly A Chavid, yang namanya ditahbiskan sebagai lokalisasi seks terbesar di Asia Tenggara.
"Setiap hari saya selalu berdoa agar dia tenang. Saya sampai menangis kalau mengingat dia,” ujar Handoyo, anak terakhir tiga bersaudara kepada Harian Surya (Grup Tribunnews.com), Rabu (18/6/2014).
Harapan besar Handoyo arwah kakaknya tenang di alam baka setelah penutupan Dolly oleh Wali Kota Tri Rismaharini dan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur. Nama itu, sambungnya, tak lagi terngiang di telinga publik selamanya.
Selama ini tidak satupun orang yang tahu Handoyo adalah adik kandung Dolly. Dia mengaku ada satu lagi adik Dolly lainnya yang masih hidup, tapi dalam kondisi sakit-sakitan. Bukan tanpa asalan Handoyono menyembunyikan jati dirinya.
Tak mau dibikin malu karena sebutan sebagai famili mantan pekerja seks komersial dan mucikari paling tiada duanya, membuat Handoyo menyembunyikan identitasnya. Kepadanya Dolly hanya bisa menangis, lantaran sakit hati dengan orang yang mencetuskan namanya untuk lokalisasi.
Namun, dia tidak mengerti siapa yang awalnya memberikan namanya untuk sebutan lokalisasi.
”Sakit hati itu dibawa mati kakak saya,” kata pria kelahiran Surabaya 1936.
Dolly meninggal pada 1992. Pihak keluarga memakamkannya di kompleks pemakaman Nasrani di Sukun, Kota Malang. Makam ini ramai dicari para jurnalis. Mencari makam Dolly di tengah ribuan makam, bukan perkara mudah.
Namun, juru kunci makam dengan cepat menunjukan lokasinya, yang tidak jauh dari pos penjagaan. "Belakangan saja banyak yang cari lokasi makamnya. Sebelumnya enggak ada,” ucap juru kunci makam Kasemin.
Sebelum 2008, beberapa kali rombongan dari Surabaya menengok makam Dolly yang bergaya arsitektur Eropa ini. Di atas batu nisannya terpahat DA Chavid, meninggal 7 Januari 1992. "Tapi, setelah itu sudah tidak ada lagi,” katanya.
Pihak keluarga yang menziarahi makam Dolly pun menutup rapat identitasnya. Namun mereka bertanggungjawab atas administrasi untuk pengurusan makam Dolly. Adalah sang cucu yang setiap tahun membayar retribusi makam.
“Kalau enggak salah, retribusi setiap tahun dibayar oleh salah satu cucunya. Dia juga yang paling sering ziarah, terutama menjelang puasa, seperti sekarang ini,” tandas Kasemin.
Sakit Hati Tante Dolly Sampai Mati Namanya Jadi Lokalisasi Pelacuran
Editor: Y Gustaman
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger