News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penutupan Dolly

Dolly Bukan Mucikari, Bantahan Adiknya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pekerja seks kembali menjajakan dirinya di Gang Dolly, Surabaya, Kamis (19/6/2014) malam, sehari pasca deklarasi penutupan lokalisasi tersebut, Rabu (18/6/2014).

TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA -  Semua tulisan tentang lokalisasi Dolly menyebut Dolores Anusion Chavid atau yang lebih dikenal dengan panggilan Dolly adalah seorang mucikari.

Bahkan, dialah yang disebut-sebut sebagai orang pertama sekaligus pelopor berdirinya pusat bisnis esek-esek di kawasan Kupang Gunung.

Berita-berita media massa, jurnal penelitian, dan  buku-buku selama ini menulis bahwa Dolly-lah sosok yang paling bertanggungjawab atas perkembangan lokalisasi yang kabarnya terbesar se-Asia Tenggara itu.

Sosok Dolly digambarkan sebagai wanita keturunan Belanda. Nama lengkapnya Dolly van der Mart.  

Ia mucikari yang menyediakan perempuan-perempuan penghibur, utamanya untuk para pelaut asing yang singgah di Surabaya.

Surya lalu melacak sosok Dolly melalui keluarga yang masih tersisa di Surabaya.

Dolly memiliki dua adik yang lahir dari ayah berbeda. Ayah Dolly meninggal, lalu menikah lagi dan memiliki dua anak. Handoyo satu di antaranya.

Dia tinggal di kampung padat penduduk di kawasan Jl Adityawarman, sekitar dua kilometer dari lokalisasi Dolly.

Tidak banyak yang tahu jatidiri  Handoyo sebagai adik Dolly, tokoh yang terkenal itu.

”Warga di kampung ini juga tidak tahu. Mungkin Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini) juga tidak tahu saya adiknya Dolly,” ungkap Handoyo.

Nah, dari keluarga Dolly inilah, cerita versi lain tentang sosok Dolly  muncul.

“Zus (kakak) Dolly bukan mucikari, apalagi PSK. Dia sama sekali bukan,” tutur Handoyo

Menurut Handoyo, pelopor pendirian lokalisasi Dolly dan Jarak yang sebenarnya Tan N  Beng, perempuan keturunan Tionghoa asal Lumajang.

Di dunia prostitusi, perempuan bertubuh ceking itu akrab disapa Mami Beng.

Dolly sendiri, menurut Handoyo, hanyalah menyewakan rumah pada Mami Beng

Jejak Dolly menjadi label prostitusi dimulai awal 1960-an. Ketika itu Dolly membeli tanah di kawasan Kupang Gunung. Ini lokasi yang kemudian dikenal dengan Gang Dolly.

Handoyo sendiri  sempat membeli sebidang tanah tak jauh dari lokasi milik kakaknya.
”Tetapi saya pikir kok situasi di sana tidak baik untuk keluarga dan anak-anak. Jadi saya tinggalkan saja. Tetapi, kakak saya tetap membangun rumah yang kemudian disewa Mami Beng.  

"Nah, kamar-kamar di rumah itulah yang dipakai untuk kencan PSK,” ungkapnya.

Sebelum membangun rumah di Kupang Gunung, Dolly dan Mami Beng  menjalin kerjasama serupa di kawasan Cemoro Sewu.

Lokasinya sekitar Jalan Ronggowarsito atau makam Tionghoa Kembang Kuning.  

Selain di daerah itu, ada pula lokalisasi di Jalan Banyuurip dekat Masjid Rahmad.

Dua lokalisasi itu lantas digusur dan tidak lagi meninggalkan jejak.

Begitu dua lokalisasi itu digusur, kawasan Kupang Gunung (Gang Dolly) menjadi ramai.

Pengusaha lain kemudian ikut membuka dua wisma. Namun, PSK binaan Mami Beng yang paling dicari. (idl/edr)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini