News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pantai Parangkusumo Berhias ratusan Layang-layang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang warga memotret layang layang berbagai bentuk dan ukuran di langit silang selatan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, saat acara festival layang layang 2011, Minggu (10/7/2011), Festival yang diikuti peserta dari Jakarta dan berbagai daerah di Indonesia menghadirkan dua kategori yakni layang layang tradisional dan layang-layang kreasi. (tribunnews/herudin)

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Langit Pantai Parangkusumo, Parangtritis terasa lebih berwarna Minggu siang (22/6/2014).

Puluhan layang-layang dengan berbagai komposisi warna tampak meliuk-liuk tertiup angin.

"Bantul Kite Festival" atau lebih dikenal dengan festival layang-layang kembali digelar di Parangtritis. Tahun-tahun sebelumnya, festival ini juga digelar di lokasi tersebut.

Harjono, Ketua Pelaksana Bantul Kite Festival 2014 mengatakan, acara siang kemarin diikuti oleh 30 klub dengan rincian 12 klub dari Jawa Tengah (Jateng) dan 18 dari Yogyakarta.

Sedangkan jumlah layang-layang yang diperlombakan adalah 23 untuk kategori tradisional, 19 buah layang-layang dua dimensi, 15 layang-layang tiga dimensi dan 21 untuk tren naga.

"Yang Jateng ada dari Kroya, Cilacap, Kebumen, Magelang, Muntilan dan Solo. Sedangkan yang DIY ada dari Demangan, Gedongkiwo, Kulonprogo dan masih banyak lagi," papar Harjono di sela-sela acara.

Menurutnya, festival layang-layang kali ini terasa lebih spesial dengan datangnya seorang pemain layang-layang dari Johor Malaysia. Layang-layang dari Malaysia itu sambungnya, tidak akan diperlombakan seperti peserta lain.

Layang-layang kantong tersebut nantinya akan diterbangkan dengan membawa permen. Begitu sampai di atas, kantong yang berisi permen secara otomatis akan pecah sehingga permen akan berjatuhan.

"Selain permen juga akan ada hadiah-hadiah. Hanya anak-anak yang boleh mengambil," tambahnya.

Aji Marutahara, Koordinator Juri Bantul Kite Festival 2014 memaparkan, ada dua kriteria penilaian layang-layang yang diperlombakan kali ini yakni bawah dan atas.

Kriteria bawah untuk layang-layang tradisional adalah soal kerapian dalam membentuk rangka.

Bila layang-layang terbuat dari kertas, maka kerapian dalam memotong dan merekatkan juga akan dinilai. Selain itu, keharmonisan pewarnaan dan gambar akan menjadi salah satu pertimbangan juri.

"Kalau terbuat dari kain parasit cara menjahit dan mengelem, bentuk dan unsur tradisional juga akan dinilai," ungkap Aji.

Kemudian kriteria atas dilihat dari saat start, kecepatan terbang, kestabilan di udara, dan juga kekencangan tali.

Bila tali lebih kencang alias tidak kendor, maka penilaiannya juga akan semakin bagus.

Kriteria bawah untuk layang-layang dua dimensi yakni kerapian, keharmonisan dalam hal tata warna, kemudian soal kreasi.

Menurut Aji, nilai layang-layang yang hanya sekadar meniru juga tidak akan cukup bagus.

Sedangkan kriteria atas dilihat dari tenang atau tidaknya saat di udara, keharmonisan komposisi warna di udara dan ketahanan di udara.

Untuk kriteria bawah bagi layang-layang tiga dimensi lanjutnya, sama saja dengan dua model sebelumnya.

"Bedanya di tingkat kesulitan saat terbang. Badannya ikut mengangkut atau tidak karena ada yang sekadar tempelannya saja. Sedangkan untuk tren naga dilihat dari keharmonisan kepala dan badan sesuai atau tidak, tata warna, kestabilan dan keindahan di udara," urainya.

Saat festival berlangsung, angin di Pantai Parangkusumo tidak begitu kencang. Hal ini juga mempersulit layang-layang untuk dapat terbang.

Meskipun cukup sulit, tetapi para peserta tetap mencoba untuk menerbangkan layang-layang tiga dimensi dalam durasi waktu sekitar satu atau dua menit.

"Layang tiga dimensi kan butuh angin banyak untuk bisa terbang. Tapi walaupun sebentar sudah kelihatan mana yang akan tahan lama dan mana yang tidak," tegas Aji.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini