Laporan wartawan Tribun Bali, Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Jumat (18/7/2014) sore, di Bali, puluhan orang terlihat mengerumuni rumah Ketut Kinastra (43) di Dusun Banyuwedang, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng,.
Sore itu, kerabat dan tetangga baru saja mendapat kabar anak Kinastra, Wayan Sujana (25) menjadi seorang korban jatuhnya pesawat Malaysia Airlines di Ukraina pada Kamis (17/7) lalu. Hari itu, mereka akan mengadakan upacara Mulapin, memanggil arwah korban.
Kinastra, ayah Sujana merasa kaget saat membaca teks berita di sebuah televisi menyebut anaknya menjadi korban jatuhnya pesawat Malaysia Airlines.
Kemudian, ia meminta tolong teman Sujana untuk mengonfirmasi kebenaran berita tersebut. Kadek Susila, teman Sujana mencari informasi di Bandara Malaysia dan maskapai Malaysia Airlines.
Dari informasi yang didapatkan benar adanya Sujana menjadi satu di antara 12 WNI yang menjadi korban.
Saat itu, Kamis (17/7/2014) Sujana hendak pulang kembali ke Indonesia setelah menghadiri pernikahan Mr Ben, seorang temannya sebulan lalu, tepatnya 17 Juni lalu. Selama sebulan di Eropa, ia jalan-jalan ke beberapa negara diawali dari Belgia, Prancis dan terakhir Belanda.
Saat di Belanda, dan ingin kembali ke Indonesia itulah ia mengalami nasib naas. Pesawat yang ia tumpangi jatuh dididuga ditembak pemberontak pro-Rusia di Ukraina.
"Pukul 02.00 Wita tadi saya baru dapat kabar, anak saya, menjadi korban jatuhnya pesawat. Kaget rasanya, anak saya yang begitu baik bernasib seperti itu," kata Kinastra.
Kinastra mengatakan, selama ini Sujana yang tercatat sebagai mahasiswa D3 Perhotelan Universitas Pendidikan Ganesha merupakan seorang anak pekerja keras. Meski berstatus mahasiswa, ia merupakan tulang punggung keluarga.
Bahkan, Sujana semasa hidupnya membiayai kedua adiknya, Kadek Sunarti (20) yang kuliah di jurusan D2 Perhotelan Universitas Pendidikan Ganesha dan Komang Sudiana (8) yang masih duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar.
Sujana bekerja serabutan untuk menyekolahkan kedua adiknya. Bahkan ia sudah biasa bekerja sejak masih di sekolah dasar.
"Seperti jualan ikan, jadi guide freelance. Sempat juga cari rongsokan. Kemauannya dia keras untuk bisa mandiri. Bahkan sewaktu SD sudah mulai jualan es keliling," kata ayah Sujana ini.
Kinastra sehari-hari bekerja sebagai petani garam. Setiap hari rata-rata penghasilannya hanya Rp 40 ribu. Sedangkan istrinya, Wayan Sukri sehari-hari bekerja sebagai pedagang sayur keliling, penghasilannya Rp 20 ribu per hari.
"Setiap hari saya menyelam di laut sampai airnya sekepala untuk buat garam, kalau nggak ada Sujana saya nggak bisa menyekolahkan anak saya. Dia yang membiayai semua sekolah adiknya," ucapnya.
Kinastra berharap, jenazah anaknya tersebut bisa segera dipulangkan. "Saya berharap bisa segera dipulangkan. Saya juga berharap bantuan pihak pemerintah untuk memulangkan anak saya," ujarnya.
Kadek Susila, teman Sujana mengatakan, sehari-hari Sujana merupakan sosok yang dewasa. "Saya sering berdiskusi sama dia, dia suka memberi nasihat soal permasalahan saya," kata Susila.