TRIBUNNEWS.COM, BALI - Satu dari 12 Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban kecelakaan pesawat Malaysia Airlines di dekat perbatasan Ukraina dan Rusia, Kamis (17/7) seorang bayi.
Namanya Clarice Yelena Huzien. Clarice merupakan bayi dari pasangan suami istri Arnoud Huzien (Warga Negara Belanda) dan Yodricunda Theistiasih Titihalawa (WNI) yang juga menjadi korban pesawat naas tersebut.
"Saya hanya berharap yang terbaik. Itu saja" kata Martha Mariana Titihalawa dengan mata berkaca-kaca.
Martha Mariana Titihalawa, kakak sepupu Yodricunda, atau yang biasa disapa Ody. Dia tidak mengira perjalanan mengurus masa depan sang bayi berakhir seperti tragis itu. Martha menjelaskan, kepergian keluarga beda warga negara tersebut ke Belanda untuk mengurus kelengkapan dokumen si bayi, Clarice.
"Clarice kan masih tercatat dua warga negara; Indonesia dan Belanda. Jadi adik saya harus ke Belanda untuk mengurus dokumen Clarice sebelum dia berumur dua tahun," kata Martha saat ditemui Tribun Bali --Tribun Network, di depan rumah di Perumahan Dalung Petmai L3 No 71, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (18/3) siang.
Pengurusan dokumen tersebut di perlukan untuk bulan Desember, saat keluarga tersebut merencanakan liburan ke Belanda.
"Desember mau liburan, tapi Oktober umur Clarice sudah dua tahun, jadi mereka harus ke sana sebelum Oktober untuk mengurus dokumen anaknya," kata Martha menjelaskan.
Marta lalu memperlihatkan foto terakhir keluarga tersebut sebelum berangkat dari Bali ke Belanda. "Ini diambil tanggal 26 Juni, sebelum mereka berangkat tanggal 27 Juni ke Belanda," kata Martha sambil menunjukkan foto dari Blackberry putihnya.
Sebelum berangkat, Ody dan Martha sempat bertemu. "Saya juga bantuin Ody mengurus surat-surat yang ada di sini". Martha menjelaskan adik sepupunya dalam KTP tercatat sebagai warga Dalung Permai L3 No 71. Tapi rumah tersebut bukanlah milik Ody, tapi milik Steddy, adik suami Martha.
"Sejak dari gadis, sekitar tahun 1999, dia sudah ke Bali, sebelumnya tinggal di Ambon," kata Martha sembari menyebut Clarice sebagai bayi, yang sedang lucu-lucunya.
Mereka berarah Maluku. Gadis mungil itu baru pertama kali ke Belanda untuk menyelesaikan dokumen dan sekalian mengunjungi keluarga sang suami.
Menurut Martha, Ody belum genap enam bulan bekerja di Fashion Hotel, Legian. Sebelumnya dia lama bekerja di Bali Golf Pecatu. "Dia tinggalnya di Nusa Dua, karena dekat dengan tempat kerja" tambah Martha.
Sementara, si suami bekerja sebagai guru. Kepergian Yodricunda Thestiasih Titihalawa alias Ody meninggalkan duka bagi sahabat yang ditinggalkan. Apalagi perempuan berdarah Maluku itu dikenal sahabat sebagai sosok yang ramah dan rajin berdoa.
Sebelum keberangkatannya ke Belanda, Ody sempat mengikuti doa bersama teman-teman pada 27 Juni lalu di Hotel Fashion Kuta. Acara doa dilakukan sebelum ia berangkat ke Belanda.
"Sebelum berangkat ke Belanda, Ody sempat minta didoakan agar selamat dalam perjalanan," kenang Lukas Bundi Bali. Menurut pria yang akrab disapa Elbi ini, ketika itu Ody beberap kali menyampaikan permintaan yang sama.
Bahkan tidak seperti biasanya, Ody beberapa kali memeluk erat Elbi. esungghnya para sahabat tidak memiki firasat buruk dan menganggap permintaan Ody adalah permintaan biasa sebagaimana layaknya orang yang akan menempuh perjalanan jauh.
Ody berjanji kembali ke Bali pada 20 Juli. Tapi nasib berkata lain, Ody menjadi korban kecelakaan pesawat. Peristiwa yang mebuat para sahabat terluka dan merasa sangat kehilangan.
"Kami para sahabat tentu merasakan kesedihan yang mendalam atas kepergian Odi," tutur Elbi. (Tribun Bali/Robison Gamar)