Laporan Reporter Tribun Jogja, Siti Ariyanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Sudah 18 tahun kasus penganiayaan yang menimpa Fuad Muhammad Syafrudin alias Udin, Wartawan Bernas Jogja berlalu. Namun hingga kini, pelaku dan juga otak penganiayaan yang mengakibatkan Udin meninggal dunia belum terungkap.
Minggu siang (17/8/2014) atau tepat saat peringatan HUT Kemerdekaan ke-69 RI, sejumlah jurnalis yang tergabung dalam Forum Pewarta Bantul (FPB) melakukan ziarah dan tabur bunga di makam Udin di Dusun Gedongan, Desa Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Pada kesempatan itu, Endro Guntoro, salah satu anggota FPB membacakan puisi karya widji tukul yang berjudul "Bunga dan Tebok" serta "Sajakku", puisi yang bercerita tentang pembungkaman bagi mereka yang bersikap kritis dan jujur seperti Udin.
Ibnu Taufik Juwariyanto, Koordinator Wartawan Peduli Udin DIY yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, secara yuridis formal, kasus wartawan Udin sudah kedaluwarsa. Namun ia berharap agar para jurnalis saat ini bersemangat seperti Udin dalam memberitakan fakta.
"Semangat dari senior kita Mas Udin tentu tidak akan pernah padam di hati kita semua selaku jurnalis," kata Taufik usai melakukan tabur bunga, Minggu (17/8/2014).
Ia berharap, pemerintah pusat memperhatikan apa yang telah diperjuangkan Udin. Selain itu tambahnya, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) DIY juga telah mengusulkan ke pemerintah pusat agar Udin dijadikan sebagai pahlawan pers.
Subkhan Mustofa, Ketua FPB yakin jika suatu saat kebenaran kasus itu akan terungkap. Ia juga berharap agar wartawan saat ini meneladani Udin dalam memberitakan berita yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Kita jangan lembek dan tetap semangat dalam menyajikan informasi yang itu benar adanya bagi masyarakat," tandas Subkhan.