Laporan Wartawan Tribun Jateng, Fajar Eko Nugroho
TRIBUNNEWS.COM, PURWOKERTO - Para penyandang cacat kesulitan mengenali keaslian uang kertas NKRI. Meski uang kertas itu baru, namun sejumlah penyang tuna netra masih kesulitan membedakan mana yang asli atau palsu.
Hal itu diungkapkan para penyandang tuna netra kepada pejabat Bank Indonesia saat memberikan sosialisasi dan memperkenalkan uang baru NKRI pecahan Rp 100 ribu kepada para tuna netra, Rabu (27/8/2014).
Warga Purwokerto, Arsiyah (40) mengaku, dia pernah dapat pengalaman menyedihkan. Arsiyah penyandang tuna netra itu berprofesi sebagai tukang pijat. Dia mengaku pernah dibayar oleh pasiennya menggunakan uang palsu.
"Dulu beberapa kali saya menerima uang palsu dari pelanggan. Karena saya kesulitan bagaimana cara mengenali pecahan uang asli yang beredar," ujar Arsiyah setelah ikut simulasi bersama puluhan penyandang tuna netra tentang pengenalan uang NKRI pecahan Rp 100 ribu yang diadakan Bank Indonesia (BI) Purwokerto, Rabu (27/8/2014).
Dia menganggap uang kertas NKRI Rp 100 ribu yang dikenalkan BI juga sulit dikenali keasliannya.
"Uang pecahan Rp 100 ribu ini, sama saja dengan pecahan uang kertas lainya. Saya masih sulit membedakan pada setiap uang kertas yang ada," jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, Pemimpin Bank Indonesia Kantor Perwakilan Purwokerto, Rahmat Hernowo menjelaskan, berdasarkan hasil simulasi, masih banyak penyandang tuna netra yang tidak bisa mengenali uang kertas.
"Selama ini mereka mengenali uang dari panjang pendeknya ukuran uang," katanya.
Menurutnya, kendala-kendala penyandang tuna netra merupakan tantangan bagi BI untuk bisa mensosialisasikan tentang kode khusus yang ada di uang kertas kepada penyandang tuna netra. (*)