Laporan Wartawan Tribun Timur, Ilham
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Mekanisme pemilihan kepala daerah yang dibahas di DPR RI memanas. Partai politik pendukung Koalisi Merah Putih bersikeras pilkada dikembalikan ke DPRD. Sebaliknya partai pendukung Jokowi-JK mempertahankan pilkada langsung.
Karena dianggap demokratis, pemilihan langsung rupanya diterapkan siswa SMP Negeri 6 Makassar, Sulawesi Selatan, guna menjaring Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Ada calon Ketua OSIS, tim sukses, sampai dana kampanye.
Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS SMP 6 periode 2014-2015 telah diselenggarakan di pelataran gedung sekolah unggulan tersebut, Senin (1/9/2014), pekan lalu. Ratusan siswa terlibat menggunakan hak pilih mereka.
Pemilu Ketua OSIS sekolah unggulan ini akhirnya dimenangkan pasangan nomor 2 Gifari-Mario dengan perolehan 151 suara, disusul pasangan nomor 4 Yusuf-Bintang 64 suara. Total pemilih kurang lebih 320 orang. Tiap kelas mengutus 10 perwakilan pemilih dan 10 guru.
Laiknya pemilihan calon kepala daerah selama ini, pemungutan suara menggunakan kertas suara yang berisi foto dan nama pasangan calon Ketua dan Wakil Ketua OSIS. Pemilih berlangsung langsung umum bebas rahasia di bilik suara, one man one vote dengan sistem contreng.
Masa Kampanye Hanya Sepekan
Proses pemilihan kepala daerah, anggota DPR, DPRD, DPD, dan presiden dan wakil presiden, rupanya juga ditiru SMP 6 Makassar. Meski tidak serumit pemilihan pada umumnya, siswa-siswa ini memberlakukan masa kampanye selama seminggu untuk masing-masing calon.
Pelaksanaan masa kampanye calon Ketua dan Wakil Ketua OSIS hanya sepekan sebelum pemilihan. Mereka pun menggunakan alat peraga kampanye seperti banner, spanduk dan lain sebagainya untuk menyosialisasikan calon unggulan mereka.
Masing-masing tim sukses dan calon Ketua dan Wakil Ketua OSIS taat hukum, menertibkan semua alat peraga yang terpasang di depan kelas dan semua titik sekolah, sehari sebelum pemungutan suara. Sementara pilkada sungguhan, Bawaslu dan Satpol PP sering harus turun menertibkan alat peraga kampanye yang mengotori kota.
Punya Tim Sukses
Pemilihan langsung Ketua dan Wakil Ketua OSIS SMP 6 Makassar ini betul-betul dinikmati para siswanya. Untuk mengantar calon unggulannya terpilih, dibentuk lah tim sukses dan dana kampanye. Hal itu diakui Muh Gifary Adnan, Ketua OSIS SMP 6 periode 2014-2015.
Jumlah tim sukses Gifary berjumlah 80 orang. Mereka aktif berkampanye, mencari suara, menyaring aspirasi calon pemilih. "Tak boleh saling menyinggung. Kita saling adu program, haram money politics karena itu memalukan. Alhamdulillah pemilihan selalu sehat, haram meniru gaya politik kotor," tutur Muh Gifary.
Mantan Ketua OSIS SMP 6 Makassar periode sebelumnya Annisa Apriliiani (15) juga mengerahkan tim sukses yang jumlahnya 10 orang. Meski bersaing, pelaksanaan pemilihan langsung tidak menimbulkan kecurangan, emosional, apalagi saling menjatuhkan.
"Gerakan timses keliling kelas memaparkan visi-misi. Saya dulu maju sebagai kandidat dengan mengusung visi misi Iptek dan Imtek SMP 6 Menuju Kancah Dunia Global. Pemilihan OSIS September 2013 lalu seru," cerita siswi SMA Negeri 17 Makassar ini.
Dana Kampanye Harus Dilaporkan
Sosialisasi pemilihan langsung Ketua dan Wakil Ketua OSIS pun ternyata membutuhkan dana. Selama kampanye, Gifary bersama tim suksesnya menggelontorkan uang sampai Rp 1 juta. Semua itu harus diketahui gurunya, termasuk muasal dana dan untuk dipakai apa saja.
"Jumlah dana kampanye itu Rp 1 juta dan harus diketahui guru untuk apa dana itu. Ya paling untuk beli spanduk. Saya bikin 12 spanduk, brosur dan banner-banner," ungkap putra pegawai Kantor Keuangan Negara RI Makassar Adnan Muis ini kepada Tribun Timur.
Siswa yang bercita-cita jadi dokter ini mengaku proses kampanye kandidat OSIS punya rambu-rambu wajib seperti larangan menjatuhkan calon lain. Kompetisi tetap berdasar adu program kerja. Masa kampanye digelar setelah penentuan pasangan calon.
Tawaran program tiap kandidat beraneka ragam, ada program tari, dance, basket, futsal, dan paskibraka, jurnalistik, design grafis.
"Kalau dana program calon terpilih, ya kita pasti cari sponsor, seperti dari perusahaan. Inilah kami belajar untuk sosialisasi, belajar jadi pemimpin yang benar, dan bagaimana berdemokasi yang sehat, tidak seperti sekarang, orang serba saling menjatuhkan," terang putra Emmy Purnawati ini.