TRIBUNNEWS.COM.CIAMIS, - Industri kecil rumahan atau home industri mulai terusik dengan naiknya harga singkong sebagai bahan baku. Selain naik, keberadaan jenis penganan ringan yang sering dibuat combro dan keripik ini juga semakin langka.
"Sejak musim kemarau sebulan terakhir, harga singkong naik drastis hampir seratus persen dari Rp 1.500/kg jadi Rp 2.500/kg. Biasanya saya beli di Pasar Cikurubuk Tasikmalaya, sekarang singkong agak sulit didapat, kadang terpaksa nyarinya sampai ke Kawali Ciamis," ujar Dadang, pengelola usaha rumah tangga pembuatan combro aneka rasa 'Nungki Snack' di Dusun Sukamaju, Desa/Kecamatan Sindangkasih, Ciamis, Senin (15/9/2014).
Setiap hari, kata Dadang, ia membutuhkan 25 kilogram singkong. Tiga pekerja dengan menggunakan mesin parut listrik, mengolah 25 kilogram singkong jadi 300 buah comro aneka rasa seperti rasa pedas, rasa gurih, dan rasa manis renyah. Ke-300 butir comro tersebut setiap hari terjual habis dititipkan di 10 warung/kios dengan harga jual Rp 500/biji comro.
Saat harga singkong masih tinggi, kata Dadang dalam seminggu terakhir muncul persoalan gas elpiji. "Harga gas tabung 3 kg naik drastis jadi Rp 19.000/tabung. Tapi barangnya susah di peroleh. Gara-gara barangnya sulit, gas elpiji beragam sekali harganya. Saya pernah beli Rp 20.000/tabung, bahkan sampai Rp 24.000/tabung juga pernah," keluh Dadang.
Untuk menggoreng comro buatannya menurut Dadang setiap hari ia butuh 2 tabung gas elpiji 3 kg untuk dua kompor gas. "Gara-gara gas semakin sulit dan makin mahal, dua hari terakhir saya terpaksa banting stir terpaksa pakai kayu bakar. Menggoreng comronya pakai tungku (hawu)," katanya.
Ditengah naiknya harga singkong dan gas elpiji tersebut menurut Dadang, ia tidak menaikan harga jual comro. "Cuma ukuran comronya dikecil sedikit. Habis mau bagaimana lagi, usaha harus tetap jalan dan mudah-mudahan ada untungnya," ujar Dadang.(sta)