TRIBUNNEWS.COM.MANADO - Gudang tempat menyimpan cengkih dan rumah pribadi diyakini sebagai tempat yang aman untuk menampung 'emas coklat' yang dibeli dari petani atau pengumpul cengkih lainnya.
Kebanyakan para pengusaha pengumpul di Manado belum menyewa penjaga secara khusus untuk mengamankan cengkihnya. Hanya mereka mengakui, memilih lokasi yang diyakini aman untuk menempatkan cengkih.
"Kalau saya tidak dibawa ke mana-mana. Hanya taruh di sini saja, yang penting terkunci rapat pintunya dan pasang lampu, supaya tetap terang," ujar Boy Palit pengusaha UD Indoney Waya, Senin (13/10/2014).
Lagipula menurutnya, di tempatnya itu banyak orang yang sering lalu lalang, sehingga kecil kemungkinan terjadi pencurian."Memang resiko tetap ada," jelasnya.
Ia belum memikirkan untuk menyewa penjaga."Selama tiga tahun saya di sini, tidak pernah ada pencurian, makanya tidak menyewa penjaga, sebab daerah ini juga masih aman," kata dia.
Dijelaskannya, cengkih miliknya hanya bertahan seminggu di gudangnya tersebut."Biasanya ada dari perusahaan yang datang beli," kata dia.
Berbeda dengan Jemmy Tilaar pengumpul cengkih di Karombasan ini, lebih memilih tidak menaruh cengkih yang dibelinya atau dikumpulnya dari petani di gudang.
"Saya lebih memilih membawa pulang. Karena di rumah lebih aman, sebab kita bisa mengawasi langsung," ujarnya.
Ia menambahkan, cengkih di rumahnya tak bertahan lama, paling seminggu sudah dijual."Paling biasa hanya sekitar 5 karung, tapi kadang bisa lebih juga, tergantung permintaan," jelas dia.
Dipetik Pencuri
Kebun cengkih milik Papa Ewi di Tumuyu berada di atas bukit. Tidak mudah untuk mencapainya. Jalannya terjal dengan kemiringan hampir 60 hingga 80 derajat. Bahkan, dari atas bisa melihat seluruh Kotamobagu. Namun bukan berarti, cengkih milik warga Mopait, Lolayan, ini terbebas dari pencurian.
"Bulan lalu, orang yang kerja di kebun kakak bapak saya melaporkan ada tiga orang memanen cengkih di kebun. Ya, memang kendati jarang, bukan tidak mungkin pencurian terjadi. Apalagi kalau harga cengkih sedang tinggi," ujar Ady Imban, anak Papa Ewi, kepada Tribun Manado, Senin (13/10/2014).
Tak bisa banyak yang dilakukan oleh penjaga kebun itu saat melihat tiga orang memetik cengkih milik Papa Ewi. Bukan apa-apa, kata Ady, tiga orang itu bisa jadi berbahaya. Apalagi berada di atas bukit yang jauh dari mana-mana.
Keluarganya mafhum dengan keadaan tersebut.
Dia mengatakan, bapaknya memang tak pernah sengaja menyewa orang untuk menjaga kebun tersebut dari pencurian. Apalagi, kebun miliknya tersebut berada dalam satu bukit bersama dengan milik saudara-saudaranya yang lain. Masing-masing saling jaga bila pergi ke kebun.
Hanya uwaknya yang mempunyai kebun di kaki bukit menyewa seorang pekerja. Bahkan, pekerja pun disiapkan pemondokan di kebun. Sehingga bila terpaksa bisa menginap di pondok tersebut. "Yang kerja masih saudara juga," ujar Ady menambahkan.
Pekerja tersebut biasanya pulang sore-sore. Namun pada masa panen memang biasanya menginap. Pada masa panen tersebut bukan dia saja yang ke kebun. Para pemilik kebun dan pemetik pun sengaja datang ke kebun.
Dia mengatakan, sangat jarang terjadi pencurian seperti yang terjadi pada akhir bulan lalu. "Paling juga kalau pada masa panen harus hati-hati memilih pemetik. Ya, bukan apa-apa, justru lebih rentan pada saat pemetikan. Tapi juga biasanya jarang terjadi seperti itu," kata dia.(amg/suk)