News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berita Eksklusif Jawa Timur

Pabrik Gula Akali Petani

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pabrik Gula Gondang Baru

TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Para petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mencurigai adanya  praktek  'menyedot'   gula petani.
Praktek itu dilakukan dengan modus memainkan  penghitungan tingkat prosentase rendemen atau kadar gula dalam tebu saat proses giling berlangsung.

Proses penghitungan rendemen itu dilakukan pihak pabrik, menggunakan alat khusus. Petani pemilik tebu tidak bisa mengontrolnya.

Mereka hanya tahu, ketika hasil penghitungan rendemen itu sudah dimumkan, misalnya rendemen tujuh persen atau delapan persen.

Angka rendemen tujuh persen itu artinya, dalam setiap 100 kilogram tebu yang digiling,

Nah, penetapan angka rendemen oleh pabrik-pabrik gula di lingkungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN)-XI inilah yang diduga tidak beres.

Ketua Harian Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Sunardi Edy Sukamto meyakini angka rendemen itu dimainkan.

Angka rendemen tebu petani atau tebu rakyat tersebut, sengaja ditulis lebih rendah dari rendemen yang sebenarnya.

Selisih angka dalam catatan dan rendemen riil inilah, yang menjadi lubang hilangnya gula petani. Gampangnya begini, misalnya  angka catatan  menyatakan rendemen 7 persen, sedang riil rendemen 8 persen.

Ada selisih satu persen. Itu berarti, ada satu kilogram gula petani yang hilang dari setiap seratus kilogram tebu yang digiling.

Edy lalu menyebut indikasi ketidak beresan penghitungan rendemen. Indikasi itu sendiri diperoleh setelah ia melakukan simulasi giling di sejumlah pabrik. Ia bawa tebunya ke sejumlah pabrik berbeda. Ternyata tingkat rendemen yang dihasilkan berbeda.

Padahal tebu tersebut berasal dari lahan yang sama. Tentu saja varietasnya juga sama.

Edy semula menganggap hasil rendemen yang berbeda itu murni diakibatkan karena perbedaan kondisi mesin penggiling.

Mesin yang lebih bagus tentu saja akan menghasilkan rendemen  lebih tinggi dibanding mesin yang sudah tidak bekerja maskismal.

Edy lalu melakukan simulai kedua. Kali ini, polanya dibalik. Ia ambil tebu dari sejumlah lahan yang berbeda. Lalu tebu itu ia kirim ke satu pabrik. Rendemen yang dihasilnmya, ternyata sama.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini