TRIBUNNEWS.COM.KEFAMENANU, - Terhitung hingga pertengahan Oktober 2014, stok obat dan alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) masih kosong. Warga setempat pun sering mengeluh, baik melalui pembicaraan antar sesama warga, maupun media sosial (Facebook), namun hanya sebatas itu saja lantaran warga tak berdaya harus mengeluh kemana lagi.
Otoritas setempat (Bupati TTU Raymundus Sau Fernandes) sudah pernah menyampaikan informasi melalui media sosial (Facebook) bahwa obat dan alat kesehatan sudah didrop ke RSUD Kefamenanu dengan menggunakan truk, namun itu hanya alat kesehatan saja, sementara obat-obatan belum juga ada hingga kini.
Sekretaris Gerakan Rakyat Peduli Demokrasi dan Keadilan (Garda) Kabupaten TTU, Wilem Oki kepada Kompas.com, Rabu (15/10/2014) mengatakan krisis obat yang terjadi di RSUD Kefamenanu, semakin menguatkan adanya indikasi korupsi di rumah sakit satu-satunya di TTU itu.
“Logikanya, kalau RSUD sudah kehabisan obat selama 10 bulan (Januari-Oktober 2014), itu artinya bahwa terhitung sejak Januari 2014 RSUD Kefamenanu mengalami kelangkaan obat. Sementara di akhir tahun anggaran 2013 lalu, RSUD Kefamenanu mendapat suplai dana dari APBN Rp 10 miliar lebih untuk pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan,” beber Wilem.
Karena itu kata Wilem, akan muncul pertanyaan dari publik, bahwa dana APBN Rp 10 miliar lebih itu digunakan untuk apa saja?
”Ini membenarkan kuatnya indikasi korupsi di lingkungan RSUD Kefamenanu sehingga kita minta aparat penegak hukum untuk menyelidiki lebih jauh,”kata Wilem.
Sementara untuk air keran yang didistribusikan kepada ribuan pelanggannya oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Cendana Kefamenanu, yang sudah lebih dari enam bulan tidak mengalir, disebut Wilem sudah sangat mengecewakan warga (pelanggan) sehingga tentunya kepuasan warga sudah tak terpenuhi .
Untuk macetnya air PDAM selama enam bulan ini, Wilem meminta DPRD TTU segera melakukan inspeksi mendadak ke kantor PDAM untuk mempertanyakan alasan pelayanan air minum tidak prima untuk masyarakat.
“Jadi selama 10 bulan obat di rumah sakit kosong dan enam bulan air PAM tidak keluar, maka lengkaplah sudah penderitaan kami warga Kabupaten TTU,” tutur Wilem.
Untuk diketahui, stok obat-obatan maupun alat kesehatan di RSU Kefamenanu sudah kosong selama Sembilan bulan. Bupati TTU Raymundus Sau Fernandes mengatakan, penyebab utama krisis obat karena terlambatnya penetapan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan sistem pembelian obat dengan cara tender.
Sejumlah pasien yang menjalani rawat inap di sana pun mengeluh. Sebab, mereka harus mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah untuk membeli botol infus, sarung tangan, dan obat-obatan. Kondisi tersebut membuat para pasien yang kebanyakan adalah warga miskin harus berpikir keras demi mencari tambahan uang.
Dampak dari kelangkaan obat itu membuat dua warga TTU meninggal yakni Theresia Mbado warga Dalehi, Kelurahan Maubeli, Kecamatan Kota Kefamenanu yang meninggal Selasa (19/8/2014) dan Sabina Nule, warga Oelbonak, Kecamatan Bikomi Tengah yang meninggal pada Minggu (14/9/2014) lalu.
Sementara itu untuk air PDAM, Kepala Bagian Administrasi danKeuangan, PDAM, Tirta Cendana Kabupaten TTU, David Charles Bani mengatakan macetnya air tersebut akibat musim kemarau sehingga debit airnya menurun pada sejumlah sumber air yang ada di TTU.
“Sementara ini, kita masih upayakan dengan teman-teman di pengairan, supaya bisa sambung pipa dari mutis untuk kasih masuk di sejumlah reservoir (bak baru) di sejumlah titik yang berada di Kefamenanu,” kata Charles.
Menurut Charles dirinya belum bisa memastikan kapan air PDAM ini bisa mengalir lancar ke konsumen, sebab sumber air di wilayah TTU hanya mengandalkan air hujan saja untuk penambahan kapasitas air.