Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Taufik Zas
TRIBUNNEWS.COM, TAPAKTUAN - Sejak tiga tahun terakhir harga sarang burung walet dilaporkan anjlok. Kondisi tersebut membuat sebagian masyarakat kehilangan lapangan pekerjaan.
H Buyung M, salah seorang pengusaha burung walet di Kotafajar, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh meminta Menteri Perdagangan dan Koperasi yang baru dilantik oleh Presiden RI, Joko Widodo untuk mengikat hubungan kerjasama dengan Pemerintahan Cina guna menstabilkan kembali harga sarang burung walet di Indonesia.
"Cina merupakan negara yang paling tinggi mengonsumsi sarang burung walet, yakni mencapai 98 persen. Jadi jika Pemerintah Indonesia melalui Menteri Perdagangan dan Koperasi tidak mengikat hubungan dengan pemerintah Cina akan sangat sulit menstabilkan harga sarang burung walet di Indonesia," kata pria yang sudah sejak tahun 1980 berkecimpung di bidang usaha burung walet ini kepada Serambi (Tribunnews.com Network), Senin (27/10/2014).
Kepada Serambi H Buyung M ini mengaku, akibat anjloknya harga sarang burung walet di Pasar Nasional dan Internasional menyebabkan sebagian masyarakat kehilangan lapangan pekerjaan.
"Sebagian masyarakat kehilangan pekerjaan, karena pengusaha tidak sanggup lagi menggaji mereka seperti saat harga burung walet normal. Kondisi seperti ini hampir terjadi di seluruh usaha budidaya sarang burung walet," jelasnya.
Dia mencontohkan, usahanya yang dulu menyerap hampir 100 tenaga kerja saat ini hanya bisa menampung 50 tenaga kerja, itupun untuk bidang-bidang yang sangat dibutuhkan, seperti penjagaan/pengamanan, pembersihan dan bagian pemeliharaan tempat budidaya.
Pria yang acap disapa Bang BM ini mengaku harga sarang burung walet jenis walet hitam untuk saat ini Rp 1 juta/kilogram sebelumnya tembus Rp 4 juta/kilogram, untuk sarang walet putih sebelumnya Rp 10 juta kini anjlok di level harga Rp 5 juta/kilogram. Demikian juga untuk sarang walet gedung sebelumnya Rp 14 juta/kilogram kini bertahan di level harga Rp 6 juta/kilogram.
"Harga yang sangat fantastis itu terjadi pada tahun 2012 kebawah, namun pasca tidak adanya lagi kerjasama dengan Pemerintah Cina harga sarang burung walet semakin anjlok, kondisi ini membuat sebagian pengusaha gulung tikar dan terpaksa mengurangi tenaga kerjanya," papar H Buyung M.
Oleh karenanya, dia bersama pengusaha sarang burung walet lainnya sangat berharap kepada Kabinet Baru Jakowi untuk dapat mencari solusi terkait anjloknya harga sarang burung walet di pasar Nasional dan Internasional tersebut.
"Solusi satu-satunya ya dengan dijalin kembali kerjasama dengan Pemerintah Cina, karena walau bagaimanapun Cina merupakan negara komsumsi sarang walet terbesar di dunia," ujarnya.