TRIBUNNEWS.COM.PANGANDARAN, - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berjanji akan memberikan gaji menterinya untuk asuransi para nelayan. Langkah ini sebagai salah satu upaya awal dari Susi untuk mencoba meningkatkan kesejahteraan hidup para nelayan di seluruh Indonesia.
"Saya akan memberikan asuransi untuk para nelayan yang sudah tidak bisa melaut, yang tua-tua, dari gaji menteri saya sekarang," terang Susi saat bertemu para nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pangandaran, Sabtu (1/11/2014). (baca juga: Jokowi Sebut Menteri Susi Pudjiastuti 'Orang Gila' )
Susi mengatakan, kehidupan nelayan saat ini masih belum dikategorikan layak. Malah, sampai sekarang, sebagian besar nelayan di Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, ia pun berinisiatif secara spontan untuk melakukan langkah tersebut setelah menerima beberapa keluhan para nelayan pada masa sekarang ini.
"Para nelayan sekarang masih belum bisa dikategorikan hidup layak di sini, atau di seluruh Indonesia," kata Susi.
Susi pun pernah menyatakan bahwa gajinya saat menjadi CEO kedua perusahaannya sudah bisa mencukupi kehidupannya. Bahkan, Susi pun mengaku kalau gaji menterinya sekarang tidak ada satu persennya dari keuntungan yang dihasilkan perusahaannya. "Gaji saya kan sekarang hanya Rp 15 juta," cetus Susi, sembari tersenyum lebar di hadapan para nelayan di Pangandaran.
Menteri Susi tiba di Pangandaran menggunakan helikopter, Sabtu (1/11/2014) sekitar pukul 07.30 WIB. Kendaraan yang ditumpanginya langsung mendarat di dekat lokasi permakaman ibunyan, Hj Suwuh Lasminah, yang meninggal akhir tahun 2013 lalu.
Setelah ziarah, Susi langsung menuju kediamannya di Karangsalam Pananjung Pangandaran, memakai mobil dinas kementerian Toyota Royal Saloon bernomor polisi RI 39. Saat turun dari mobil, Susi yang didampingi anak pertamanya Panji Hilmansyah, mendapatkan sambutan pengalungan bunga anggrek ucapan selamat datang.
Karyawan Susi langsung membentuk barisan untuk mengantre mulai di gerbang sampai bagian dalam rumahnya hanya untuk bisa bersalaman dengan bosnya tersebut.
Dengan sabar, Susi menyalami para pegawainya satu persatu. Susi terlihat meneteskan air mata di sela-sela bersalaman dengan para pegawainya tersebut.
"Semangat terus kerjanya yah, Saya sekarang kerja dulu (jadi menteri, red)," singkat Susi kepada para karyawannya sembari bersalaman.
Susi yang datang memakai kemeja putih dengan rambut terurai, langsung menuju ke sebuah restoran yang masih di lingkungan rumahnya. Susi akan menggelar pertemuan dengan seluruh internal pegawainya membahas perusahannya.
Para awak media pun kembali tertahan dan tak bisa meliput kegiatan tersebut. "Maaf steril area mas, steril area," kata salah seorang pria berambut cepak dengan baju batik berpapan nama dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Langsung Kunjungan
Sekitar pukul 10.00 Menteri Susi mengunjungi Dermaga/Pelabuhan Perikanan Cikidang Babakan Pangandaran yang belum kunjung selesai meski sudah dibangun sejak tahun 2004 lalu.
Di hadapan para nelayan, Menteri Susi minta agar penangkapan ikan jangan dilakukan dengan menggunakan jaring ukuran kecil.
"Nelayan saya minta saat tangkap ikan jangan pakai jaring kecil. Jadi, anak ikan bisa lepas dan tumbuh," terang Susi. Susi beralasan, dengan jaring berukuran tak terlalu kecil, anak ikan akan tumbuh, dan nantinya juga akan ditangkap kembali oleh nelayan. Dengan demikian, langkah itu juga untuk kesejahteraan nelayan.
"Toh, kalau ikan sudah besar, nelayan lagi juga yang nangkap," kata Susi. (baca juga:
Kedatangan Susi ini untuk meninjau pembangunan pelabuhan. Pembangunan pun belum rampung karena masih terkendala dalam hal pendanaan.
Susi lantas mempertanyakan dana yang dibutuhkan pemerintah daerah untuk lanjutan pembangunan pelabuhan tersebut. "Ini butuh berapa lagi? Pembangunan seperti ini harusnya bisa cepat. Kenapa masih belum selesai?" tambah Susi.
Pembangunan Pelabuhan Cikidang ini, sesuai informasi, masih dalam tahap pengerukan untuk pendalaman dasar pelabuhan. Namun, akses jalan ke pelabuhan tersebut terpantau sudah dibeton dan memiliki dua jalur.
Susi pun berkunjung ke tempat pelelangan ikan (TPI) di Pangandaran, tempat ia menjadi bakul ikan pada tahun 1980-an. Menteri Susi bertemu rekan-rekanya yang masih menjadi bakul di TPI Pangandaran. Mereka saling rangkul dan saling ledek.
Setelah mengunjungi TPI Pangandaran, Menteri Susi yang didampingi sejumlah penjabat Kementerian Kelautan dan Perikanan langsung ke lokasi pertemuan dengan nelayan dan pengurus HNSI dari Pantura dan pantai Selatan P Jawa di Blok Pamugaran Pantai Barat Pangandaran.
Dukung Kenaikan BBM
Dalam silaturahmi perdananya itu, Susi Pudjiastuti mengajak nelayan memahami dan mendukung rencana pemerintah mencabut subsidi BBM dengan menaikkan harga BBM. Sebagai kompensasinya, nelayan akan mendapatkan berbagai bantuan, seperti pembangunan coldstorage, pembangunan dermaga/pelabuhan, breakwater dan berbagai program untuk kesejahteraan nelayan.
"Dengan kenaikan BBM, kompensasi subsidinya akan dinikmati oleh nelayan," ujar Menteri Susi.
Susi juga meminta pemerintah daerah, termasuk Pemkab Pangandaran dan Kabupaten Tasikmalaya untuk segera menetapkan Perda guna melindungi sumber daya hayati laut, seperti melarang nelayan menangkap lobster/kepiting yang bertelur, melarang nelayan menangkap ikan/lobster pada ukuran tertentu.
"Ikan-ikan kecil yang masih anaknya jangan ditangkap. Kalau nelayan dapatkan ikan layur ukuran 1 ons, lobster ukuran 1 ons lebih baik dilepaskan biar ia besar. Demikian juga bila lobster dan kepiting yang bertelur ketangkap ya lepaskan lagi. Pemda harus tegas menertibkan alat-alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti bagang dan dogol," katanya.
Bila pemerintah setempat tak punya komitmen dan tidak menetapkan perda untuk melindungi potensi hayati laut, kata Menteri Susi, jangan harap mendapatkan bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Susi mencontohkan, dulu tahun 1980-an tiap hari nelayan hasil tangkapan udang dogolnya bias mencapai 10 ton/hari, tetapi sekarang malah tidak sampai 1 ton. Ini terjadi akibat adanya kerusakan lingkungan. "Saya tidak ingin dengar lagi nelayan Pangandaran melautnya tapi merusak lingkungan. Sekarang masih ada nggak nelayan Pangandaran yang makai bom portas. Bagang masih ada nggak? Kalau ada harus segera ditertibkan," ujarnya.
Nelayan Khawatir
Namun rencana pemerintah itu disambut beragam oleh nelayan. Seperti yang diungkapkan nelayan (HNSI) Tegal Jateng, Eko Susanto di hadapan Menteri Susi, bila BBM dinaikkan diyakini akan banyak nelayan Tegal yang gulung tikar. "Kecuali kalau pemerintah menjamin kenaikan dan kestabilan harga ikan," ujar Eko.
Eko membeberkan pengalamannya sebagai nelayan, untuk melaut selama 70 hari dengan menggunakan kapal 30 GT, biasanya akan mendapatkan ikan layang sekitar 30 sampai 50 ton. Dengan harga ikan layang Rp 10.000/kg, setiap melaut (selama 70 hari) ia akan mendapatkan untuk sebesar Rp 40 juta. Setelah dikurangi bagian dari ABK, menurut Eko, ia akan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 20 juta.
"Bila sekarang harga solar (BBM) dinaikan, jelas keuntungan tersebut akan berkurang. Bahkan akan merugi. Kecuali kalau pemerintah menjamin kenaikan harga. Kalau tidak, jelas akan banyak nelayan Tegal gulung tikar. Kecuali ada kebijakan, pemerintah memindahkan sebagaian nelayan tegal ke pantai yang potensi ikannya tinggi termasuk nilai jualnya. Itu pun kalau ada jaminan keamanannya," kata Eko.
Tawajud, Bendahara KUD Mina yang juga nelayan dari Indramayu, mencoba memahami rencana pemerintah menaikan BBM. "Sekarang nelayan Indramayu susah mendapatkan BBM. Banyak nelayan yang terpaksa tak melaut karena tidak kebagian solar. Hari ini saja, ada 70 kapal yang antre untuk mendapatkan BBM," ujar Tawajud.
Jatah BBM untuk 400 kapal nelayan di Indramayu kata Tawajud, setiap minggunya adalah sebanyak 700 kiloliter, tetapi sekarang dikurangi 20 persen yakni hanya 460 kiloliter/minggu. "Makanya banyak nelayan yang tidak kebagian BBM. Dan akhirnya tak bisa melaut," ujar Tawajud yang akan mendukung pemerintah menaikkan harga BBM bila pemerintah menjamin ketersediaan BBM. (sta)