TRIBUNNEWS.COM, MALANG – Kisah duka yang dialami pendaki Gunung Semeru, Ahmad Fauzy (32), Mahasiswa S2 Jurusan Teknik Elektro, Universitas Gadjah Mada (UGM) dimulai pada Minggu (02/11/2014) pagi.
Ketika itu Ahmad, dan rekannya Ali Akbar Hasibuan baru tiba ke Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang dengan menumpang mobil travel.
Mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju pegunungan Semeru dan menyusul empat temannya yang telah berada di Ranu Pani terlebih dahulu.
“Saya dan teman-teman yang lain datang ke sini naik mobil Avanza. Kalau Ahmad naik travel lalu turun di Tumpang,” kata Dedi (34), seorang rekan Ahmad saat ditemui Surya di ruang Forensik Rumah Sakit Dr Syaiful Anwar, Kota Malang, Selasa (04/11/2014).
Berdasarkan catatan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, keenam rombongan ini selanjutnya mendaftar untuk mendaki pukul 14.00.
Saat itu rombongan ini memaparkan tujuan pendakian mereka hingga Kalimati saja. Pukul 17.00, mereka pun berangkat menuju Ranu Kumbolo.
Di Ranu Kumbolo ini, tiga rombongan Ahmad memilih tidak melanjutkan pendakian.
Sementara, Ali, Ahmad dan Dedi meneruskan perjalanannya sampai ke Kalimati. Mereka lalu tiba ke Kalimati keesokan harinya, sekitar pukul 05.00.
Kendati sudah sampai di tujuan mereka, Ahmad dan dua rekannya ini tidak berhenti.
Mereka tetap meneruskan perjalanannya menuju semeru kendati angin saat itu berhembus kencang.
Menurut Dedi, Ahmad-lah yang paling ngotot meneruskan perjalanan tersebut. Apalagi, ketika itu juga ada dua rombongan lain yang juga naik ke puncak.
“Saya sudah tidak mau, tetapi dia tetap ngotot dan memberi batas waktu mendaki sampai jam 10. Kalau jam 10 belum tiba barulah kita turun,” kata Dedi.
Sayang baru dua jam meneruskan perjalanan cuaca sekitar Kalimati makin buruk.
Mereka yang baru sampai di Watu Gede (sekitar 400 meter dari puncak) kini menghadapi longsoran batu yang terjadi di lokasi itu.