TRIBUNNEWS.COM,MOJOKERTO - Tren kalangan muda doyan wisata sejarah dan museum juga muncul di Malang dan Mojokerto.
Ini makin memperbanyak barisan komunitas yang telah muncul sebelumnya, seperti "Komunitas Sahabat Museum di Jakarta dan Komunitas Roodebrug" di Surabaya.
Di Malang, tren anak muda doyan museum ini dipelopori museum Tempoe Doloe.
Warga Malang biasa menyebutnya Museum Inggil, karena lokasinya berada satu area dengan Rumah Makan Inggil.
Sedangkan di Mojokerto, tren anak muda kongkow di museum ini dimotori Komunitas Jawa Kuno (Kojaku).
Komunitas yang sebagian besar remaja dan mahasiswa ini biasa kongkow di Museum Majapahit Trowulan.
Meski bermarkas di Mojokerto, anggota komunitas ini tersebar hingga Kediri dan Malang.
“Tapi yang paling banyak Mojokerto dan Kediri,” jelas Aang Pambudi, inisiator berdirinya Komunitas Jawa Kuno.
Aang menjelaskan, para remaja di kelompoknya bukanlah remaja yang antidunia modern.
Mereka justru umumnya anak-anak terdidik, akrab dengan teknologi informasi.
“Tapi pingin sesuatu yang lain, yang tak biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di sekelilingnya,” kata Aang.
Bagi komunitas ini, museum dan wisata petulangan sejarah menjadi warna tersendiri.
“Ada nuansa luar biasa, misalnya saat kita bisa kenal aksoro Jawa Kuno,” kata Aang.
Petualangan dunia masa lalu, kata Aang, semakin menyempurnakan pengetahuan dan pengalaman mereka terhadap dunia modern yang mereka jalani saat ini.
“Teman-teman yang bergabung terus bertambah. Di Facebook dan media sosial lain, kami juga mendapat apresiasi cukup baik,” kata Aang, mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM).
Sementata itu, berbagai upaya dilakukan Museum Majapahit untuk menarik animo pengunjung ke Museum Majapahit di Trowulan.
Minggu ini atau tepatnya pada 14-15 November besok akan digelar Kemah Budaya Majapahit.
Ini bagian dari upaya menggaet kaum muda untuk berkunjung dan mengenal museum. Kemah akan digelar di sekitar Museum Majapahit.
Tren anak muda suka museum di Mojokertoi ini cukup melegakan Kuswanto, Kepala Kelompok Kerja Museum Majapahit.
“Munculnya anak-anak muda beberapa tahun ini, cukup terasa dampaknya. Suasana museum menjadi lebih hidup,” kata Kuswanto.
Setidaknya dalam tiga tahun terakhir, Museum Majapahit, selama ini identik dengan kepurbakalaan ini tak lagi menunggu rutinitas liburan sekolah atau menunggu mahasiswa praktik sejarah. “Sekarang ini, terus saja ada pengunjung,” katanya.
Ada banyak even yang digelar. Sebagian even menyasar masyarakat umum. Tapi tidak sedikit pula even yang bisa menyedot anak-anak muda.
Misalnya lomba tangkap bebek di Situs Kolam Segaran. Kolam yang juga identik dengan museum Majapahit.
“Luar biasa antusiasme masyarakat pada even ini, “ aku Adi Hendrana, Bagian Divisi Edukasi dan Promosi Museum Majapahit. (fai/idl/day/ben)