TRIBUNNEWS.COMLAMONGAN – Dampak musim kemarau sampai hari ini masih dirasakan peternak sapi di wilayah Bulusarang Kabupaten Tuban.
Bahkan para peternak harus merogoh uang lebih besar untuk mendapatkan jerami di Lamongan untuk pakan ternaknya.
Biasanya untuk 1 unit kendaraan L 300 Pikap dicayar patungan bersama 3 orang peternak untuk meringankan biaya. Ongkos untuk pulang pergi (PP) Tuban – Lamongan sebesar Rp 500 ribu.
Tujuan tempat mencari jerami (batang padi, red), yakni di wilayah Lamongan.
Untuk jerami, peternak tidak usah membeli karena jerami bisa diambil bebas di lahan bekas panen padi yang ada di Lamongan.
Mereka hanya mengeluarkan tenaga yang dilakoni para
peternak sendiri.
Jerami yang diangkut dan dimuat ke mobil L 300 pikap cukup menggunung dengan ketinggian sekitar 2 meter dari atas bak pikap.
Untuk memuat ke atas pikap, para peternak dibantu sopir harus bersusah payah agar terangkut.
Mereka mengitung dengan biaya begitu besar dikeluarkan untuk sewa mobil. Jika tidak dimuat menggunung, maka akan rugi karena tidak sebanding dengan biaya yang mereka
keluarkan.
“Kalau muatannya sedikit kan rugi, Ongkosnya saja Rp 500 ribu PP Tuban – Lamonganm,”ungkap Saruwi, peternak asal Bulusarang yang mengaku punya 4 ekor sapi.
Dan ternyata, mereka mengambil jerami lintas Kabupaten Lamongan dalam sepekan bisa sekali.
Jika tidak, maka sapi – sapi mereka bisa kelaparan. Di wilayah Bulusarang tidak ada hasil panen padi.
padi untuk pengganti pakan ternak mereka. Sementara rumput juga gundul karena kemarau panjang.
Rahman, peternak asal Bulusarang yang turut melintas ke Lamongan mencari jerami mengaku
bersyukur saat ini sudah mulai mendung sebagai bukti pertanda segera masuk musim penghujan.
Meski hujan belum merata, tapi sudah ada tanda – tanda masuk musim hujan.
Dengan begitu, para peternak ini tidak harus sampai menyeberang ke Lamongan hanya untuk
mencari jerami untuk kebutuhan pakan ternak mereka.”Semoga saja mendung ini terus ada,”kata Rahman.