TRIBUNNEWS.COM,SINGARAJA - Banyak hal yang dilakukan untuk mencari penghasilan.
Seperti yang dilakukan oleh Gede Radiasa (11).
Membantu pekerjaan tetangganya dalam membuat bokor atau tempat sesajen di tekuninya demi uang saku sekolah ataupun sekadar mendapatkan sesuap nasi
Radiasa, pelajar kelas VI di SDN 1 Menyali ini mengaku sukarela bekerja di usia belianya. Setiap membuat bokor, ia biasa dikasih upah Rp 1.500 sampai Rp 2.000.
Terkadang, tetangga yang memanfaatkan jasanya memberikan seporsi nasi sebagai ganti upah.
"Buat uang jajan saja uangnya di sekolah. Kadang juga gak dikasih uang tapi dikasih nasi," ucapnya polos.
Maklum, kondisi ibunya, Ni Ketut Adil (38) tidak memungkinkan untuk menafkahinya.
Sepasang mata Ni Ketut Adil buta sejak kecil. Sama seperti anaknya, sesekali ia membantu para tetangganya mencuci piring hanya untuk mendapatkan sesuap nasi.
Radiasa dan ibunya masih menumpang di rumah pamannya, Wayan Siara (44) dan bibinya, Cening Amirtini (42) yang sehari-hari bekerja sebagai penjual kerupuk.
Bocah ini sejak dilahirkan tidak pernah merasakan hangatnya kasih sayang seorang ayah.
Meski begitu, Adil mengaku, tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah.
Sehari-hari ia bersama anaknya bertahan hidup dari hasil membantu tetangganya mencuci piring.
Ia hanya pernah sekali mendapatkan bantuan dari seseorang yang merasa simpati kepadanya berupa sembako.
"Kalau untuk makan biasa dapat dari para tetangga. Biasanya saya bantu cuci piring dulu terus dikasih makan. Sama dibantu kakak saya ini. Bantuan dari pemerintah selama ini kami belum pernah dapat. Cuma sekitar sebulan lalu ada yang kasih sembako karena kasihan," ujar Adil.