News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rakyat Aceh Dikutuk Sampai Mati Jika Membiarkan Museum Tsunami Mubazir

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Museum tsunami di antara bangunan lainnya di pusat Kota Banda Aceh, Selasa (19/11/2013). Data dari Kantor Pusat Statistik Aceh menyebutkan, selama bulan Oktober 2013, Kota Banda Aceh terjadi inflasi sebesar 0,17 persen. Inflasi di antaranya disebabkan oleh kenaikan harga perumahan, makanan jadi, bahan bakar, transportasi, dan komunikasi. SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kurator seni rupa dan pengamat museum Indonesia, berdarah Aceh, Merwan Yusuf menyatakan rakyat Aceh akan "dikutuk" seumur hidup apabila menyia-nyiakan keberadaan Museum Tsunami yang telah dibangun di Banda Aceh.

"Museum Tsunami merupakan satu-satunya museum paling kontemporer di Indonesia yang dibangun di era modern dan sekaligus sebagai monumen peristiwa tsunami atau smong. Kita, rakyat Aceh akan 'dikutuk' sampai mati lantaran membiarkan museum itu mubazir," kata Merwan Yusuf dalam pertemuan dengan Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al Haytar, di Jakarta, Senin (15/12/2014) malam.

Ia menyebutkan, kebanyakan museum di Indonesia menggunakan gedung bekas peninggalan Belanda.

"Inilah antara lain yang membedakannya dengan museum tsunami yang dibangun khusus," kata Merwan Yusuf, yang belajar soal museum di Perancis.

Museum tsunami dirancang oleh arsitek kenamaan Indonesia, Ridwan Kamil, yang sekarang menjabat Walikota Bandung.

"Ridwan Kamil mempertanyakan keberadaan museum itu kepada saya, dan kita prihatin karena museum dibiarkan mubazir," ujar Merwan Yusuf.

Pada 2009 silam, bertepatan dengan Pekan Kebudayaan Aceh V, Merwan Yusuf pernah menyelenggarakan pameran lukis dan lelang lukisan karya pelukis Aceh korban tsunami di museum tersebut.

"Ketika itu saya mendapat perintah dari Wakil Gubernur Muhammad Nazar. Lukis-lukisan yang laku, langsung didonasikan sebagai koleksi museum. Itu sejarah, karena baru pertama terjadi di Indonesia. Tapi saya tidak tahu lagi bagaimana nasib lukisan tersebut," lanjut Merwan prihatin.

Merwan Yusuf minta perhatian Wali Nanggroe untuk memfungsikan kembali museum tersebut dengan sempurna.

"Museum itu bisa langsung memperkuat peradaban Aceh," ujar Merwan yang pernah menjadi kurator di Galeri Nasional dan Dewan Kesenian Jakarta.

Dalam pertemuan yang sama, seniman dari Siemeulue, Yoppi Smong mengusulkan agar mengganti nama museum tersebut menjadi "Museum Smong." Dalam bahasa Simeulue, smong adalah istilah lain tsunami yang berasal dari Jepang.

"Smong itu adalah peradaban kita," kata Yoppi yang mendirikan Komunitas Siar Smong di Jakarta.(fik)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini