TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - KARANGAN bunga nampak memenuhi kiri dan kanan jalan di sekitar Jln Pipa Reja, Kemuning. Ada tenda masih terpasang pada halaman sebuah rumah bercat pink. Memasuki ruangan, terlihat karpet-karpet masih digelar.
Rohana, ibu dari pramugari Air Asia QZ 8501, Khairunisa, terlihat sedang menanggapi pertanyaan seorang wartawan. "Adek, itu panggilan kesayangannya," ujar Ibu Hayati. Menurutnya, Khairunisa merupakan pribadi yang baik, dekat dengan siapa saja baik keluarga maupun teman, dan tidak pernah menyusahkan orangtuanya.
"Kepulangannya Januari besok itu, dia bilang mau nyenengin bapak dan ibunya. Mau diajak jalan-jalan di Palembang. Kalau ibu pengen apa, mau diturutin," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Khairunisa suka memasak. Ia sering membuat pempek dan kue-kue. "Terasanya masih ada, ingat kenangan dia yang bagus-bagus," kata ibu berkerudung itu.
Saat ia berulang tahun, Adek memberikan kado sebuah jam tangan. "Alhamdulilah ibu kuat. Itu sudah ketentuan Allah," katanya mengenai putri bungsunya yang meninggal kecelakaan pesawat AirAsia QZ 8501Minggu lalu.
Dari SMA, Khairunisa memang sudah punya cita-cita menjadi pramugari. Saat lulus SMA, ia lolos tes sekolah pramugari, tetapi ibunya meminta Adek untuk kuliah dulu. "Biar pintar dan punya banyak teman," katanya. Keluarga sudah tahu tentang segala risiko menjadi pramugari.
Khairunisa ingin mengumrohkan dan menghajikan bapak dan ibunya. "Kalau cita-cita jadi pramugari kan sudah tercapai. Dia bilang kalau belum bisa haji ya umroh dulu, gitu," ujarnya.
Dalam tugasnya, Khairunisa sudah pernah terbang ke Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, dan Thailand.