Ada ratusan pasien dengan berbagai latar penyakit yang ditangani. Itu masih terus ada pasien yang masuk.
“Bapak kemudian di rawat di lorong IRD. Tidak bisa dipindah ke kamar, semua penuh,” tutur Roni.
Dua hari kemudian, Minggu dini hari ayahnya dibawa keluar dari lorong.
Roni mengira sudah ada kamar untuk ayahnya, yang berhak atas kamar kelas I tersebut.
Anggapan Rony meleset. Ayahnya ternyata cuma dipindahkan ke lorong lain.
Petugas yang menangani perawatan dan obat-obatan, mengaku tidak bisa memberikan layanan berupa kamar.
Hampir sepekan, perawatan tetap dilakukan di lorong itu. Semuaya kamar masih penuh. Baik kelas III, kelas II, maupun kelas I.
Keluarga baru membawa keluar dari lorong pada 10 Desember 2014. Bukan untuk masuk kamar perawatan, tapi dibawa pulang. “Bapak meninggal,” ujar Roni dengan suara lirih. (idl/ben/day)