TRIBUNNEWS.COM, NGANJUK - Hari Raya Nyepi dirayakan penuh khidmat oleh warga pemeluk Hindu di salah satu perkampungan lereng Gunung Wilis, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Suasana desa pun sepi pada Sabtu (21/3/2015).
Untuk menjaga suasana, para pecalang berpakaian adat terlihat siaga di pintu masuk kampung.
Sejumlah personel kepolisian juga terlihat melakukan penjagaan di pintu masuk desa dan sejumlah tempat ibadah. Seperti terlihat di Desa Bajulan, Kecamatan Loceret jalan desa menjadi sepi karena tidak ada orang yang lewat. Ini salah satu basis terbesar umat Hindu di Jawa Timur.
Yang terlihat seharian hanya petugas Pecalang yang berpakaian adat khas. Hal ini kontras dengan keseharian di Desa Bajulan dimana setiap hari banyak pedagang yang menjual dagangan berupa sayur mayur dan hasil kebun ke pasar.
Sejumlah warung banyak yang memilih tutup untuk menghargai umat Hindu melakukan perayaan Nyepi.
"Kalau pas Hari Raya Nyepi desa kami menjadi sepi," ungkap Bu Ijah (50), salah satu warga setempat.
Tradisi Nyepi memang biasa dilakukan warga di Dusun Semanding, Desa Bajulan yang mayoritas pemeluknya Hindu. Warga merayakan Nyepi di rumah masing-masing serta di pura.
Daminto Gede salah satu Pencalang dan pengurus Pura Kerta Buana Giri Wilis menuturkan, saat Nyepi umat Hindu melaksanakan catur brata penyepian yang terdiri Amatigeni (tiada menyalakan api atau lampu), Amatikarya (tidak bekerja), Amatilelungan (tidak bepergian) dan Amatilelanguan (tidak mendengarkan hiburan).