News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pesawat AirAsia Jatuh

Monumen Keselamatan Penerbangan Dibangun di Pangkalan Bun

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo (kanan) menyerahkan penghargaan kepada sejumlah perwakilan tim selam gabungan dan seluruh unsur pendukung kegiatan SAR AirAsia QZ8501 di atas helidek KM SAR Pacitan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (2/3/2015).

TRIBUNNEWS.COM. PANGKALAN BUN- Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo dan sejumlah pejabat daerah disambut tarian Silat Kutamara dalam rangkaian kegiatan Peletakan Batu Pertama Monumen Keselamatan Penerbangan di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Rabu (15/4/2015).

Silat Kutamara merupakan tarian khas Kotawaringin yang biasa digunakan untuk menyambut tamu. Dalam tarian itu terdapat dua anak laki-laki menunjukkan ketangkasan silat sambil menebas sebuah tali dengan mandau. Hal ini melambangkan pembukaan jalan.

Tarian itu dipersembahkan oleh Sanggar Kemuning dari Pangkalan Bun. Setelah tarian, upacara adat Ikat Tongang juga digelar untuk memohonkan keselamatan.

Soelistyo didampingi Bupati Kotawaringin Barat Ujang Iskandar, Wakil Gubernur Kalteng Achmad Diran, dan Kapolda Kalteng Brigadir Jenderal Polisi Bambang Hermanu.

Hari ini digelar sejumlah acara antara lain peresmian Kantor Basarnas di Pangkalan Bun, peletakan batu pertama Monumen Keselamatan Penerbangan di Pantai Umbang, pemberian penghargaan kepada nelayan pemberi informasi terkait musibah AirAsia QZ8501 pada Desember 2014 lalu.

Pesawat jenis Airbus seri 320-200 dengan nomor registrasi PK-AXC itu jatuh di Selat Karimata dalam penerbangan dari Surabaya menuju Singapura. Dari 162 kru dan penumpang dalam musibah itu, Basarnas telah mengevakuasi 106 jenazah. Sebanyak 99 jenazah pun telah diidentifikasi. (Megandika Wicaksono)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini