Laporan Wartawan Surya, Magdalena Fransilia
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Wali Kota Tri Rismaharini sibuk membersihkan bekas pertokoan Siola saat ribuan buruh berteriak menuntut hak-haknya di jalanan Surabaya, Jumat (1/5/2015) siang.
Risman bersama pejabatnya asyik menyiram, mengepel lantai bangunan tua tersebut. Mereka juga sibuk memindahkan dan menata barang untuk mengisi tempat yang bakal dipenuhi koleksi unik bersejarah kota Surabaya.
Ya, Siola akan menjadi museum riwayat tempo doeloe Surabaya. Gedung ini terletak di Jalan Tunjungan, kurang dari lima menit bermotor jika tak macet ke Gedung Negara Grahadi, pusat unjuk rasa buruh sepanjang Jumat siang.
"Kami lagi mengumpulkan barang yang ada, kayak cangkir, daripada enggak ada yang lihat. Banyak dinas yang enggak tahu, setelah ke sini mereka baru tahu," ungkap Risma kepada Surya.
Semula, Risma ingin membuka museum itu 1 Mei 2015 bertepatan dengan hari libur nasional. Risma lantas menunjukkan bemo yang disukainya. Bemo itu ia beli dari warga Kertajaya. Bajai juga rencananya datang Sabtu (2/5/15).
Risma mengungkapkan, Surabaya pernah memiliki angkutan umum berupa bemo dan bajaj. Nantinya juga ada mobil bekas pemadam kebakaran.
Barang-barang lawas itu akan ditata berdasarkan lembaga atau dinas Pemkot Surabaya. "Aku juga heran kenapa dulu mau ya naik bemo sama bajaj,“ ungkap perempuan berkerudung itu sambil tertawa.
Museum Siola juga akan memajang foto Wali Kota Surabaya zaman Belanda, Jepang, juga saat zaman PKI yang selama ini tidak dimunculkan untuk publik.
“Ini sebagai saksi bisu sejarah perkembangan Kota Surabaya yang tidak bisa dilepaskan begitu saja,” tambah Risma.
Ia mengaku, beberapa kepala daerah sudah mengontaknya untuk datang pada saat pembukaan museum sekaligus melihat parade bunga dan budaya. Tamu penting tersebut di antaranya Bupati Kalimantan Timur, Sleman, Bantul dan lainnya.