TRIBUNNEWS.COM,JOMBANG - Sosok mendiang Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) yang legendaris selalu hadir sampai hari ini. Demikian juga saat Muktamar NU di Jombang, pada 1-5 Agustus 2015.
Tujuh wartawan senior, yang beberapa di antaranya bertugas di Istana Negara saat KH Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI ke 4, akan “menghadirkan” Gus Dur dalam bentuk dokumentasi foto eksklusif saat Gus Dur dari masa ke masa.
Pameran diadakan di rumah Budaya MEP Jl Agus Salim 9 Jombang, berjarak 700 meter dari lokasi pembukaan Muktamar.
“Para wartawan senior ini ingin menyemarakkan muktamar dengan pameran foto Gus Dur. Dan ini bukan sekedar foto, namun sebuah pembelajaran,” tegas Yusron Ami nulloh, penyelenggara pameran dan pemilik Rumah Budaya MEP Jombang kepada Surya.co.id, Rabu (29/7/2015).
Foto-foto ini menurut Yusron mampu memberikan inspirasi dan pembelajaran bagi generasi sekarang, betapa kiai NU itu kharismatik, disegani dan bahkan menjadi panutan umatnya.
Yusron, yang juga mantan wartawan ini, menjelaskan ada banyak foto yang jelas sebuah teks nyata.
Misalnya, seorang Ketua Umum PKB, Mathori Abdul Djalil, menangis dipangkuan Gus Dur saat di panggung pada deklarasi PKB di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta tahun 1998 silam.
"Ini gambaran tawadhu, hubungan kyai dan santri meski dalam wilayah politik. Hal seperti ini sulit ditemukan hari-hari ini,” tegas Yusron.
Kebersahajaan Gus Dur juga tertangkap jelas di camera para jurnalis, saat Gus Dur mengunjungi Pak Harto begitu dipilih sebagai Presiden RI ke 4.
Semua adalah teks yang sangat jelas tentang makna pembelajaran berbangsa dan bernegara yang hari hari ini mulai “hilang” dari bangsa ini.
Foto gandengan tangan Gus Dur, Megawati dengan Pemimpin Palestina Yasser Arafat adalah sebuah teks nyata, betapa Indonesia adalah bagian penting dari perjuangan kemerdekaan Palestina.
Demikian juga ketawa lebar Gus Dur saat bersama mantan Perdana Menteri Lee Kuan You, atau Perdana Menteri Malaysia Mahatir Muhammad, adalah gambaran berwibawanya bangsa ini dimata dunia.
"Para politisi dan pemimpin bangsa ini harusnya lihat pameran ini untuk menjadi pembelajaran nyata, bahwa kedewasaan berpolitik dan kewibawaan pemimpin adalah hal yang harus mereka miliki. Foto-foto ini adalah ibarat “buku tebal” bagi mereka yang mau belajar,” ungkap Yusron
Maka, kehadiran sekitar 70 karya foto dari para pewarta foto senior : Dodo Hawe (Surya), Agus Wahyudi (Jawa Pos), Muchtar Zakaria (AP), Dadang Trimulya (Bloomberg), Agus Mulyawan (Media Indonesia), Trisnadi (AP) dan Iwan Heriyanto (Surabaya Post) akan mewarnai Muktamar NU 2015 ini.
“Pameran foto ini insya Allah akan dibuka oleh keluarga KH Abdurrahman Wahid. Ini persembahan murni wartawan untuk mendokumentasikan Gus Dur dalam perjalanan politik dan budayanya.”
Ditanya, apakah pameran ini terbuka umum, Yusron menjelaskan bahwa pameran ini dibuka untuk umum, selama MUktamar berlangsung 1-5 Agustus 2015. Dibuka jam 10 pagi hingga 10 malam.
Bahkan, diramaikan dengan bazaar suevenir batik lasem, tas tasikmalaya, dompet dan manic-main Jombang, juga jilbab dan kerudung khas Mojokerto.
“Ini murni sumbangsih para jurnalis sebagai bagian dari masyarakat umum. Tidak ada kaitan langsung dengan panitia Muktamar NU. Kita independen,” kata Yusron. (Dodo Hawe)