TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN — Sinar matahari sore masih terasa menyengat ketika langkah 9 anggota legiun veteran Nunukan menyusuri Jalan RE Martadinata.
Mereka mengikuti langkah salah satu anggota veteran yang membawa bendera Merah Putih yang terikat pada tongkat bambu.
Dengan semangat, mereka menuju sebelah barat Alun-alun Kota Nunukan yang telah berubah menjadi taman kota. Langkah mereka terhenti di depan Tugu Dwikora.
Beberapa veteran tampak langsung membersihkan sampah-sampah plastik pengunjung yang tampak berserakan pada sore itu.
Seteleh area Tugu Dwikora bersih, kesembilan anggota legiun veteran Nunukan tersebut memberi hormat ke arah bendera Merah Putih. Mereka kemudian berkumpul dan bersimpuh di tengah pelataran Tugu Dwikora.
Selain mengenang kawan-kawan seperjuangan mereka yang telah gugur ketika Nunukan bergolak karena perang konfrontasi dengan negara Malaysia, para veteran ini juga memanjatkan doa untuk kawan seperjuangan yang telah tiada.
"Setiap peringatan hari kemerdekaan atau hari pahlawan, kami ziarah ke sini, mengenang kawan-kawan kami yang telah mendahului kami," kata salah satu anggota legiun, Abdul Aziz Jaya, Minggu (16/8/2015).
Abdul Aziz Jaya merupakan satu dari ratusan pasukan sukarelawan yang ikut berjuang di wilayah perbatasan Nunukan ketika perang konfrontasi pecah dengan Malaysia.
Aziz yang kala itu masih berusia sekitar 20 tahun langsung mendaftarakan diri saat mengetahui adanya kebutuhan akan sukarelawan di wilayah perbatasan.
Sebelumnya, Abdul Aziz mengaku merantau ke Malaysia pada tahun 1959 sebagai buruh migran sebelum terdampar di Nunukan karena diusir pasukan Inggris.
Pria yang berasal dari Watampone ini bahkan masih ingat betul kapan dia mendaftar sebagai sukarelawan.
"Masih ingat, waktu saya daftar sebagai sukarelawan, tanggal 27 bulan 9 tahun 1963. Satu bulan lebih setelah selesai latihan, terus saya ditugaskan ke Sebatik, menghancurkan pos-pos Malaysia terdepan. Di sana, kami dapat enam senapan. Enam hari enam malam tak pernah makan karena Sebatik belum ada orang," kenang Abdul Aziz.
Sebelumnya, pemugaran Tugu Dwikora sempat menjadi polemik antara legiun veteran dan pemerintah daerah.
Pemerintah daerah sempat berencana menggeser keberadaan Tugu Dwikora ke dalam taman kota karena lokasi tersebut akan digunakan untuk pembangunan puskesmas.
Namun, dengan dibangunnya Tugu Dwikora oleh TNI AL, saat ini para veteran mengaku bisa bernapas lega.
Abdul Azis Jaya mengatakan, semangat nasionalisme harus tetap dijaga di wilayah perbatasan dan harus diturunkan kepada generasi muda Nunukan.
Menurut dia, Tugu Dwikora di tengah kota merupakan peninggalan sejarah yang akan terus menjadi pengingat betapa pentingnya menjaga rasa nasionalisme. "Kami bangga dengan berdirinya tugu ini," tandas Aziz.
(Kontributor Kompas.com Nunukan, Sukoco)