TRIBUNNEWS.COM.SEMARANG -- Setibanya di Bandara Sentani, Papua Selasa (18/8/2015) pukul 06.10 waktu setempat, Sugito bersama istrinya, langsung bertolak menuju kediaman putrinya, Dewi Yulistianti di bilangan BTN Puskopad, Sentani, Jayapura, Papua.
Sugito, Warga Gisikdrono, Semarang Barat, Jateng itu tak bisa menyembunyikan kesedihan saat mengetahui suami dari Dewi termasuk korban kecelakaan pesawat Trigana Air Minggu (16/8).
"Esap Aruman, menantu saya itu anak yang baik dan bertanggungjawab dengan keluarga. Kami merasa sangat kehilangan," ucapnya bersuara lirih melalui sambungan telepon.
Menurut Sugito, anaknya yang juga istri Esap, Dewi Yulistianti masih syok ditinggalkan suaminya. “Anak saya belum bisa ke mana-mana. Bahkan untuk melihat jenazah suaminya dia belum berani. Dia masih syok ditinggalkan suaminya. Minta saya temani terus. Ini kami masih menunggu kejelasan proses identivikasi,” katanya.
Sugito mengatakan almarhum menantunya itu menjabat sebagai Kepala Distrik (Camat--Red) di wilayah Weyme, Pegunungan Bintang, Ibukota Kabupaten Oksibil. Di mata warga sekitar pun, almarhum dikenal sangat ramah dan suka membantu.
"Saya kenal bagaimana menantu saya di Papua. Dia (Esap--Red) dicintai warganya. Terbukti, saat ini sudah tiga tenda yang kami dirikan di rumah duka dipadati warga yang melayat," imbuhnya.
Saat ditanya perkembangan terbaru mengenai peristiwa itu, Sugito mengaku tidak tahu-menahu. Ia mengatakan warga melarang dirinya untuk berpergian dari rumah duka.
"Saya hanya tahu info dari para warga yang sudah memantau di lokasi. Saya dan keluarga hanya disuruh menunggu di rumah. Warga mengetahui kondisi saya sudah renta, mereka khawatir. Menurut informasi dari warga, 54 jenazah sudah ditemukan. Sebanyak 34 jenazah dinyatakan hancur dan 4 jenazah masih utuh namun hangus terbakar," paparnya.
Di antara kesedihannya, Sugito mengaku sudah lega, karena mengetahui putri dan kedua cucunya dalam kondisi sehat. Sewaktu di Semarang, Sugito hanya memikirkan kabar dua cucunya yang biasanya turut serta bersama ayah mereka.
"Saya lega, rasa pusing, rasa gusar, sudah berkurang, dari Semarang yang saya pikir cuma cucu, Aiko Koela Esti Maria Aruman (4 tahun) dan Axel Aruman (1 tahun besok 21 Agustus ini), dan putri saya Dewi Yulistianti," katanya.
Terkait lamanya di Papua, Sugito mengatakan belum tahu hingga berapa lama. Ia masih belum rela meninggalkan anak dan dua cucunya yang masih berduka.
"Kurang tahu berapa hari, rencana sampai urusan selesai, tidak tahu sampai kapan. Saat ini jenazah Esap masih dalam proses identifikasi,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sugito sempat kesulitan mendapatkan tiket pesawat dari Semarang ke Jayapura. Setelah mendapat bantuan dari Trigana cabang Semarang, Sugito bersama istrinya, berangkat ke Jayapura, Senin (17/8) malam dan tiba di Bandara Sentani, Jayapura, Selasa pagi.
Sebanyak 54 jenazah korban kecelakaan pesawat Trigana Air Service IL-267 di Papua, akan dievakuasi melalui jalur udara, hari Rabu (19/8/2015) ini. Tim SAR menyiapkan dua skenario untuk memindahkan jenazah para korban dari lokasi reruntuhan pesawat ke Bandara Oksibil sejauh sekitar 14 km.