Sutejo (48), ketua RT 3/RW 4, Dusun Cungkup, mengatakan, sebenarnya di dusunnya itu ada sumber air bantuan dari pemerintah namun bila musim kemarau seperti ini, airnya sudah tak mencukupi.
Akhirnya, warga tiap RT dijatah secara bergilir, dalam seminggu hanya tiga kali. Itu pun, hanya mengalirnya malam hari.
Namun, sering kali pada gilirannya, airnya malah tak mengalir karena banyaknya pemakai.
Terutama, warga yang rumahnya berada di dataran tinggi, dipastikan tak bakalan mendapatkan jatah air.
"Akhirnya, warga terpaksa mengambil air ke belik," paparnya.
Ahmad Basori, Kades Ngerendeng, mengatakan, hampir semua warganya yang berjumlah 2.340 kepala keluarga (KK) mengalami kekurangan air pada musim kemarau seperti ini.
Untuk mengatasinya, warga kebanyakan mengambil air ke belik.
"Rencananya, kami akan mengajukan bantuan pipanisasi ke pemkab, agar warganya tak jadi langganan kesulitan air tiap musim kemarau," pungkasnya.
Heru Irawan, Kepala BPBD Kabupaten Blitar mengatakan, selama musim kemarau ini pihaknya sudah membantu banyak desa yang kekurangan air.
Khususnya di Blitar selatan, seperti di Kecamatan Wonotirto, Bakung, dan Panggungrejo.
"Namun, untuk desa yang masih ada sumber mata airnya, kami belum bisa membantu.
Sebab, yang kami utamakan, mereka yang benar-benar kekurangan air," ujarnya.