Toiman, Paman Faizun mengenang keponakan sebagai anak yang rajim dan selalu membantu orangtuanya.
Termasuk saat ikut memadamkan api yang membakar hutan pinus karena Faizun ikut bertanggung jawab supaya api tidak semakin menyebar.
"Apinya cepat menyebar karena ada angin yang bertiup kencang. Malahan kobaran api tingginya mencapai pucuk tanaman pinus," ungkapnya.
Sementara Budianto (30) korban lain dari kebakaran hutan pinus gagal menyelamatkan diri karena terkepung api. Korban meninggalkan satu anak yang masuk sekolah kelas 4 SD.
"Kami tak menyangka suami saya menjadi korban. Kami tak punya firasat apapun," ungkapnya.
Budianto sudah sejak kelas 6 SD menjadi pencari getah pinus. Profesi itu meneruskan pekerjaan orangtuanya selama ini.
"Saat berangkat mau memadamkan api juga sempat pamit. Tapi beberapa saat kemudian dapat kabar kalau suami saya menjadi salah satu korban," ungkap Darminah (26) istrinya.
Sedangkan keluarga Jaimun (46) korban lainnya selama ini menjadi ketua Gabungan Kelompok Tani. Rumah korban kebakaran hutan pinus itu masih dibanjiri para petakjiah.