Laporan Reporter Tribun Jogja, Padhang Pranoto
TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Ini bisa menjadi peringatan bahayanya berkendara sepeda motor tapi masih mendengarkan musik menggunakan earphone yang ditempelkan di telinga.
Andai saja tidak menggunakan earphone saat melintasi rel kereta tanpa palang pintu bisa jadi saat ini Tri Handayani (31) masih hidup.
Nyawa pelatih senam itu tidak bisa terselamatkan setelah tubuhnya tertabrak kereta api Prambanan Ekspres (Prameks), Jumat (20/11/2015) sekitar pukul 17.25 petang.
Peristiwa yang menimpa pelatih senam ini berawal saat korban hendak pulang selepas melatih senam di Dukuh Keringan, Karangdukuh, Jogonalan, Klaten menuju Desanya di Gondang Kebonarum.
Menaiki motor Scoopy, ia lantas hendak menyeberang perlintasan kereta api tanpa penjagaan.
Sebelum melintas, ia sebenarnya telah diperingatkan oleh warga sekitar.
Namun nahas, diduga karena menggunakan earphone, korban tak mendengar peringatan tersebut.
"Sudah diteriaki oleh orang-orang sekitar, bahkan ia sempat menoleh, namun entah kenapa ia lantas memacu motornya dan ditabrak oleh kereta api Prameks yang berjalan dari arah timur (Solo)," ujar Siti Zahriyah (60), warga Keringan yang berada di sekitar lokasi.
Menurutnya, Tri memang memakai earphone. Hal itu diketahuinya ketika jenazah hendak dievakuasi, benda tersebut masih tertancap di kuping perempuan berkulit putih itu.
Menurutnya, Tri sudah melatih senam selama tiga bulan lamanya.
Namun ketika pulang melatih, perempuan tersebut hendak menuju Kecamatan Wedi untuk menjahitkan bajunya.
Perempuan yang mengenakan pakaian renang warna merah muda itu sempat terlempar ke atas dan terhempas sejauh 70 meter setelah tersambar kereta.
Sementara, motor yang dikendarai jatuh 100 meter di lokasi awal tertabrak.
"Setelah menabrak, kereta prameks sempat berhenti," ujarnya.
Hal itu dibenarkan oleh warga lain, Mulyadi. Menurutnya setelah kejadian, warga lantas memanggil ambulans untuk mengevakuasi mayat Tri.