TRIBUNNEWS.COM, RIAU - Beberapa hari jelang pelaksanaan pilkada serentak 9 Desember 2015, kampanye hitam terhadap calon kepala daerah yang diunggulkan mulai bermunculan.
Salah satunya di Kepulauan Riau, yang melanda pasangan nomor urut 2, Soeryo Respationo-Anshar Ahmad.
Black campaign itu dilakukan dengan metode SMS blasting bermodus kloning nomor telepon.
Seolah-olah Soeryo dan atau tim kampanyenya yang mengirim SMS berisi hal-hal yang tidak benar dan tak senonoh.
Soeryo menjelaskan, ada yang melapor mendapatkan SMS dari nomor handphone pribadi miliknya di 08xxxxxxx9. Isinya, meminta dukungan kepada pasangan Soeryo-Anshar karena akan mewujudkan Batam menjadi kota yang amoral tapi kaya.
"Saya tak pernah SMS seperti itu, tapi seolah-olah orang menerima SMS dari saya isinya seperti itu," kata Soeryo, di Batam, Minggu (29/11/2015) malam.
Kemarin, setelah melaksanakan kampanye terbuka yang dihadiri belasan ribu massa, Soeryo mengaku dilapori oleh Panitia Kampanye yang diserbu banyak massa.
"Isinya agar simpatisan yang hadir di kampanye tadi, saat acara selesai, agar mendatangi panitia untuk mengambil uang simpatisan sebesar Rp 500 ribu. Yang terjadi kemudian keributan," kata Soeryo.
Soeryo takkan tinggal diam dan akan melaporkannya kepada Polda Kepulauan Riau. Apalagi, metode kampanye hitam itu sudah masuk ke wilayah pribadinya.
"Sebelum ini sudah terjadi juga. Saya ditelepon seorang ibu yang marah-marah. Saya kaget. Setelah saya tanya, ngakunya dapat SMS dari saya soal itu. Karena yang muncul di SMS itu seakan-akan dari nomor saya. Padahal itu tak benar," bebernya.
"Metodenya, saya duga SMS blasting," kata Soeryo.
Soeryo juga mengatakan Tim Kampanye Soeryo-Anshar juga akan melaporkan dugaan kampanye hitam itu ke Panitia Pengawas Pemilu.
"Tim yang akan melaporkan. Karena korbannya bukan saya saja. Tapi nomor-nomor HP tim kampanye saya kelihatannya dikloning mereka untuk menjadi bahan kampanye hitam," ungkap Soeryo.