TRIBUNNEWS.COM – Tidak semua warga negara dapat menikmati pendidikan layak, khususnya hingga pendidikan tinggi, meski hak tersebut dijamin konstitusi.
Menyadari hal tersebut, Pemerintah Sumatera Selatan (Sumsel) melakukan berbagai inovasi, satu di antaranya melalui Program Kuliah Gratis (PKG).
Program tersebut menyasar secara spesifik anak-anak yang memiliki potensi akademik namun berasal dari keluarga kurang mampu.
“Program Kuliah Gratis kami fokuskan untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak cerdas dari keluarga miskin. Tanpa adanya bantuan dari pemerintah mereka tidak akan mendapatkan kesempatan belajar,” ujar Gubernur Sumsel, Alex Noerdin dalam keterangan pers yang diterima, Senin (1/12/2015).
Disebutkan, PKG yang dilaksanakan Pemprov Sumsel merupakan inisiatif Alex Noerdin sejak menjadi Bupati Musi Banyuasin (Muba). Inisiatif tersebut diteruskan ketika dirinya menjadi gubernur.
Berbekal keberhasilan di Muba, Alex kemudian meluncurkan program PKG dengan skala yang lebih besar.
Dana yang dialokasikan Pemprov Sumsel untuk PKG sebesar Rp 120 miliar untuk 8.000 mahasiswa. Anggaran tersebut akan direalisasikan secara bertahap dalam empat tahun.
Adapun pelaksanaan PKG ditetapkan dalam Peraturan Daerah No.3/2015 tentang Kuliah Gratis dan Peraturan Gubernur Sumsel No.22/2015 tentang Kuliah Gratis.
Kedua peraturan tersebut memuat tentang teknis pelaksanaan kuliah gratis seperti skema penerimaan, syarat mahasiswa, mekanisme penyaluran bantuan, bidang ilmu dan perguruan tinggi, serta kuota mahasiswa yang menerima bantuan setiap tahun.
Khusus untuk program studi, terdapat 58 pilihan bagi para mahasiswa yang ingin mendapatkan beasiswa ini.
Program-program studi yang ditentukan tersebut menyesuaikan dengan kebutuhan sumber daya manusia di Sumsel dalam jangka pendek dan menengah.
“Program Kuliah Gratis hanya membutuhkan komitmen dari Kepala Daerah. Berbekal komitmen yang besar, PKG dapat dilaksanakan tanpa harus menjadi daerah terkaya di Indonesia,” kata Alex Noerdin.
Dalam upayanya tersebut, Pemprov Sumsel menggandeng berbagai stakeholder pendidikan di Indonesia dan luar negeri seperti Universitas Sriwijaya, UIN Raden Fatah, Politeknik Sriwijaya, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Negeri Jakarta, SEAMEO SEAMOLEC, STP Shahid, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Nanjing (Tiongkok), Universitas Jiangsu (Tiongkok), dan Universitas Jeiju (Korea Selatan).
“Tahap awal PKG diberikan untuk 2.000 mahasiswa untuk bersekolah di Indonesia ataupun di luar negeri,” kata Alex.
Untuk mahasiswa yang kuliah di luar negeri, Pemprov Sumsel telah mengirim sembilan orang ke Cina pada tahun 2014 yaitu: 1 orang di Nanjing College Chemical of Technology (NJIST), 5 orang di Nanjing Institute Railway of Technology, dan 3 orang di Jiangsu Institute of Commerce.
Selanjutnya pada 2015, mahasiswa PKG yang dikirim ke Cina yaitu: 5 orang di Design WUXI Institute of Technology untuk jurusan Fine Art and dan 25 orang di Nanjing Collecge Chemical of Technology (NJIST) untuk jurusan Mechanical Technology, Marketing, Mechanical and Electrical Equipment Repair and Management, dan Mechatronics Technology.
Saat ini terdapat 5 orang yang mengikuti Pre-departure Training di SEAMEO SEAMOLEC yang akan berangkat ke WUXI Institute of Technology.
Selain itu, 30 orang sedang mengikuti Pre-departure Training selama tiga bulan di Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta sebelum berangkat ke Jepang.
“Harapannya mereka setelah lulus dapat kembali berbakti untuk daerahnya sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki,” harap Alex.